‘Manis Asam’ Catharina Girsang Jadi Penegak Hukum

Catharina Girsang memilih mengabdikan diri sebagai penegak hukum yang berada dalam garda depan pembuka tabir perkara korupsi kelas kakap. Di sisi lain, dirinya juga tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan sekaligus ibu yang dituntut untuk mengajarkan dan menanamkan nilai kejujuran kepada keluarganya. Dirinya berbagi cerita dalam diskusi 'Srikandi Melawan Korupsi' di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW) Senin, 27/4/2015 atas manis dan asam perjalanan hidupnya.

Menurutnya, mengajarkan nilai-nilai kejujuran kepada anak-anak sudah harus dirintis sejak kecil. Hal itu menjadi salah satu jurus dalam pencegahan korupsi. Menjauhkan anak-anak dari kehidupan hedonisme dan konsumtif dapat memberikan pembelajaran bahwa hidup haruslah sederhana.

"Hedonisme menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak perempuan tersangkut korupsi, karenanya anak-anak harus diajarkan hidup sederhana," katanya.

Maraknya kasus korupsi yang dilakukan perempuan menjadi keprihatinan dalam memaknai Hari Kartini yang jatuh pada 21 April lalu. Berbagai data mengenai pelaku korupsi yang ia dapatkan, meyakinkan dirinya bahwa dalam kasus korupsi, perempuan dapat menjadi korban sekaligus pelaku.

"Menurut kajian KPK, ada tiga penyebab korupsi yaitu kebutuhan, sistem, dan egoisme diri/ rakus. Kalau perempuan sebagai korban biasanya dia (perempuan) adalah korban dari suaminya. Kalau perempuan sebagai pelaku, dia juga korban dari sistem yang ada," keluh dia.

Naluri perempuan untuk tampil anggun terkadang melebihi batas kemampuannya. Akibatnya keinginan untuk melakukan korupsi menjadi hasrat/ kerakusan yang tidak bisa dibendung. Hal ini bisa dilakukan oleh suami yang dituntut istrinya memiliki kehidupan mewah, atau korupsi yang dilakukan perempuan saat dirinya berada di ranah publik.

Mantan Kepala Biro hukum (Kabiro) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini juga menyatakan, dalam perjalanan mengungkap kasus korupsi banyak istri yang tidak mengetahui suaminya memiliki wanita lain. "Kita melihat perempuan tidak tahu apa yang dilakukan suami, sebagian perempuan malah baru tahu kalau suaminya punya istri lebih dari satu atau simpanan setelah kasusnya terungkap,” ujarnya.

Di sisi lain, sedikitnya jumlah perempuan yang memilih profesi sebagai penegak hukum khususnya di bidang penegakan korupsi menjadi tantangan tersendiri. Sebagai perempuan yang ditakdirkan memiliki kodrat yang tidak sama dengan laki-laki dan tuntutan untuk bisa menjalankan fungsi yang beragam, ia berharap apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi orang lain.

Kisah lain yang tak kalah mendebarkan adalah soal ancaman yang datang, bukan hanya ditujukan untuk dirinya melainkan juga keluarganya. Namun, dirinya tidak langsung menyerah begitu saja. Ia tetap fokus dalam menjalankan pekerjaan dan tugasnya sebagai penegak hukum sekaligus mengurusi keluarga dan anak-anaknya sampai saat ini.

"Ancaman dari koruptor sering kali diarahkan ke keluarga saya, tetapi saya tidak takut," tegasnya.

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan