Lintasi Tiga Benua, Berakhir di Tepi Karibia

DRAMA pelarian buron kasus suap proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games 2011 Palembang, Muhammad Nazaruddin, berakhir sudah di Kota Cartagena,Kolombia, Minggu (7/8).

Penangkapannya mengakhiri cerita perburuan panjang sejak aparat Indonesia menyebar nama Nazaruddin ke-188 negara anggota Interpol dengan status sebagai buronan korupsi. Tim gabungan Polri dan Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM sudah mengintai Nazaruddin sejak tempat pelarian pertamanya di Singapura.

Namun, upaya penangkapan tidak mudah karena menghindari kejaran dengan berpindah-pindah tempat. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam menuturkan, Nazaruddin sempat singgah ke beberapa negara sebelum tertangkap di Cartagena.

Dari tempat pertamanya, Singapura, lelaki kelahiran 26 Agustus 1978 itu menuju Vietnam dan kemudian Kamboja. Dengan menggunakan pesawat carteran, Nazaruddin lantas menuju ke Republik Dominika dengan terlebih dahulu transit di Madrid,Spanyol. Dari Dominika, politikus yang menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Jember itu menuju Kolombia.

Praktis, Nazaruddin telah melanglang buana di tiga benua,yakni Asia, Eropa,dan Amerika. Di negara itu,dia terdeteksi sempat tinggal di Ibu Kota Bogota dan daerah Cartagena. ”Dia sempat mengecoh seolaholah dia berada di Kuala Lumpur. Padahal, dia ada di Singapura.” ”Dari Singapura-lah dia terbang ke beberapa negara,”ujar Anton di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Menurut Anton, tim dan Nazaruddin sempat bertemu muka,namun Nazaruddin tak tahu itu tim yang mengintainya. Tim yang terdiri atas lima orang polisi Indonesia, seorang petugas Interpol Kolombia,dan seorang dari Ditjen Imigrasi Kemkumham akhirnya menangkap orang yang diduga Nazaruddin saat tengah dudukduduk di sebuah tempat peristirahatan di Cartagena pada Minggu (7/8),pukul 02.00 waktu setempat atau sekitar pukul 14.00 WIB.

Polisi, kata Anton, sudah memastikan identitas Nazaruddin dari deteksi sidik jari. ”Ada 12 titik kesamaan di sidik jarinya. Dan untuk meyakinkan lagi, kita akan gunakan DNA,mudah-mudahan klop semua,” lanjut Anton. Identitas palsu Nazaruddin diketahui sejak dia singgah di Republik Dominika.

Namun, hingga kini belum diketahui di mana Nazaruddin membuat paspor dengan identitas palsu. Dia menggunakan nama M Saparuddin untuk mengecoh pihak imigrasi negara-negara pelariannya.

”Tim sudah lama mengikuti dia dan dia tidak tahu. Kemudian untuk meyakini apakah ini Nazaruddin tentu kita koordinasi dengan kepolisian di sana. Kapolri mengirim surat untuk kepala Interpol di Lyon itu bahwa ada tersangka di sana. Meminta bantuan untuk menangkap, ” papar Anton.

Saat tertangkap, Nazaruddin bersama istrinya, Neneng Sri Wahyuni. Belum diketahui, apakah Neneng juga menggunakan identitas palsu atau tidak. Selain Neneng, Nazaruddin juga terkadang bersama beberapa orang yang belum diungkapkan identitasnya. ”Nanti kita ungkap jika tim yang berangkat sudah pulang,” ucap dia.

Belum diketahui pasti alasan Nazaruddin memilih Cartagena sebagai tujuan pelariannya. Yang pasti,kota di Kolombia, yang memiliki nama lengkap Cartagena de Indias, itu pun menjadi populer di mata masyarakat Indonesia. Cartagena merupakan kota resor pantai Karibia, wilayah utara Kolombia.

Kota itu memiliki populasi 892.545 jiwa dalam sensus 2005, sehingga tercatat sebagai kota terbesar kelima di Kolombia. Kota itu merupakan pusat aktivitas ekonomi di Karibia, sekaligus tujuan wisata yang populer. Cartagena yang terkenal sejak 4.000 sebelum Masehi itu memiliki kekayaan budaya masyarakat asli.

Cartagena menghadap Laut Karibia di bagian barat dan Teluk Cartagena di selatan. Kota itu memiliki dua pintu masuk yakni Bocachica (Mulut Kecil) di selatan dan Bocagrande (Mulut Besar) di utara. Kota beriklim tropis basah dan kering itu memiliki kelembapan sekitar 90%,dengan musim hujan pada periode April–Mei dan Oktober–November.

Iklimnya panas dan berangin. Pada November hingga Februari kondisi angin lebih kencang, sehingga suhunya terasa lebih dingin. Jika kita memasuki pusat kota Cartagena, berbagai arsitektur terhampar dengan gaya kolonial. Gedung-gedung bergaya republikan dan Italia masih dapat dilihat, seperti menara lonceng Cathedral yang tersohor di sana.

Plaza de Bolívar atau Lapangan Bolivar dan Istana Inquisition melengkapi lanskap Cartagena.Plaza de Bolivar yang dulunya disebut Plaza de Inquisicion merupakan satu taman kecil dengan sebuah patung Simón Bolívar berada di tengahnya. Plaza dikelilingi sejumlah gedung-gedung bergaya kolonial yang elegan.

Di dekat Plaza de Bolivar, berdiri Istana Pemerintahan, Gedung Gubernur Departemen Bolivar. Di dekatnya ada Katedral Cartagena yang dibangun pada abad ke-16. Gedung religius lainnya ialah Gereja Santo Domingo di depan Plaza Santo Domingo. Lapangan itu merupakan lokasi patung Mujer Reclinada atau Wanita Bersandar, hadiah dari seniman Kolombia,Fernando Botero.

Kota tersebut memiliki Universitas Cartagena yang menjadi pusat pendidikan tinggi yang dibuka pada abad ke-19. Cartagena juga memiliki jaringan lorong-lorong bawah tanah yang dibangun di era penjajahan. Hingga kini ada beberapa terowongan yang masih dibuka untuk wisatawan.

Kota kuno yang masih menarik wisatawan itu menyajikan berbagai tujuan wisata, antara lain Islas del Rosario, India Catalina, Gunung Steps of La Popa, Castillo de San Felipe de Barajas, Kota Dinding Cartagena, Cartagena Gold Museum, Istana Inquisition, Las Bóvedas, dan Playa Blanca di Pulau Barú.

Di era modern, Cartagena bukan nama asing bagi para wisatawan. Kota itu menjadi latar dalam film berjudul Romancing the Stone saat novelis Joan Wilder (Kathleen Turner) pergi ke Cartagena untuk memberikan peta harta karun untuk ditukar dengan saudari kandungnya yang diculik.Film itu sangat populer pada 1984.

Cartagena juga sering disebut dalam berbagai novel.Salah satunya novel berjudul Love in the Time of Cholera karya Gabriel García Marquez.Novel berjudul Labyrinth danStrange Pilgrims juga menyebut kecantikan kota tersebut.

Cartagena semakin populer dalam TV Miami Vice episode ”Smuggler’s Blues” pada 1985 yang menampilkan bintang Glenn Frey dan lagunya yang terkenal berjudul Smuggler’s Blues juga. Berbagai film dan novel yang menjadikan Cartagena sebagai latarnya,membuktikan daya pikat kota tersebut. krisiandi sacawisastra/ Syarifudin
Sumber: Koran Sindo, 9 Agustus 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan