Lee: Berantas Korupsi dari Atas; Syarat agar RI Bisa Lima Besar Dunia

Mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew menilai Indonesia bakal mampu menjadi lima besar negara dengan PDB (product domestic bruto) terbesar di dunia. Tekad yang dicanangkan pada visi 2030 itu hanya akan berhasil jika Indonesia melakukan berbagai perubahan mendasar.

Saat berpidato pada acara seminar bertema Indonesia Toward The Big Five yang diadakan Yayasan Indonesia Forum (YIF) di Auditorium Mega Tower Jakarta kemarin, Lee mengatakan, Indonesia sudah cukup baik menjalankan pemerintahan serta mengembangkan ekonomi selama ini. Indonesia sudah melewati masa transisi yang amat sulit. Yang harus dilakukan sekarang adalah melihat semuanya dengan perspektif baru dan tidak menutup diri terhadap berbagai perkembangan teknologi ataupun globalisasi yang berjalan di dunia ini, ujarnya.

Visi 2030 yang dicanangkan di Istana Negara pada 22 Maret 2007 itu dimotivasi oleh aspirasi untuk mewujudkan Indonesia yang modern, maju, dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Visi itu merupakan sumbangan pemikiran dari organisasi intelektual dan profesional yang tergabung dalam YIF.

Visi 2030 ditopang oleh empat pencapaian utama. Pertama, masuknya Indonesia dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia, dengan pendapatan per kapita USD 18 ribu dan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa. Kedua, terwujudnya pemanfaatan kekayaan alam yang berkelanjutan. Antara lain, masuk dalam 10 besar tujuan pariwisata dunia dan tercapainya kemandirian dalam memenuhi energi domestik.

Visi ketiga adalah terwujudnya kualitas hidup modern yang merata (shared growth). Itu antara lain ditandai dengan masuknya Indonesia dalam 30 besar indeks pembangunan manusia (HDI) terbaik dunia. Keempat, masuknya paling sedikit 30 perusahaan Indonesia dalam daftar Fortune 500 companies. Hal itu masih memungkinkan karena Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dan sumber daya manusia, tegasnya.

Pada 2030, PDB Indonesia diperkirakan mencapai USD 5,1 triliun. Itu hanya bisa dicapai jika pertumbuhan riil pada periode 2006-2030 rata-rata 8,5 persen per tahun. Ekspektasi inflasi rata-rata 3 persen per tahun layaknya negara maju saat ini (misal Amerika Serikat, Red) dan pertumbuhan rata-rata 1,12 persen per tahun.

Pada tahun 2030, analisis Lee, konstelasi ekonomi dunia juga akan berubah secara global dibanding saat ini. Tiongkok misalnya, diprediksi akan memiliki GDP setara atau melebihi Jepang di kisaran USD 18-20 miliar. Sedangkan GDP India bisa mencapai 60-70 persen dari GDP Tiongkok. Olehkarena itu Indonesia harus mereformasi birokrasi dengan tujuan membuat investor lebih aman, dan mengamandemen sistem perpajakan agar bisa mendukung pertumbuhan, jelasnya.

Salah satu agenda mendesak yang harus segera dilakukan Indonesia, menurut Lee, adalah memberantas korupsi dari atas ke bawah (top down). Memberantas korupsi harus dimulai dari atas, lalu kalangan bawah secara otomatis dapat bersih dari korupsi, kata ayah PM Singapura Lee Hsien Loong itu.

Menurut Bapak Pendiri Singapura modern itu, untuk membangun perekonomian sehingga dapat mewujudkan cita-cita masuk kekuatan ekonomi dunia, Indonesia harus menciptakan transparansi dalam perpajakan, meningkatkan stabilitas hukum, serta menciptakan kebijakan-kebijakan yang dapat menarik para investor. Transparansi dan stabilitas hukum serta pemerintahan diperlukan dalam rangka mempertahankan para investor ataupun mengundang masuk para investor, ujarnya.

Dia mengatakan, yang paling penting adalah menciptakan sebuah sistem yang tidak korup dan tunduk terhadap hukum. Identitas nasional yang satu dari begitu banyak keragaman yang ada, juga amat dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan cita-cita sebagai kekuatan ekonomi dunia, lanjutnya.

Bertemu Soeharto
Usai acara di YIF, Lee Kuan Yew bertamu ke rumah sahabat akrabnya saat berkuasa, mantan Presiden Soeharto. Lee tiba di Jalan Cendana No 10, Jakarta Pusat, kediaman Soeharto, sekitar pukul 11.05.

Turun dari mobil, Lee yang datang bersama istri disambut dua putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana yang sering dipanggil Mbak Tutut dan Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek.

Tutut yang berbatik merah dan Mamiek yang berbatik kuning sempat beramah tamah dengan Lee di beranda sebelum mempersilakan. Lalu, mereka pun beranjak masuk ke dalam rumah. Dari pintu yang terbuka, terlihat Soeharto telah berdiri menyambut Lee di ruang tengah. Soeharto yang berbaju batik tampak segar dan melempar senyum.

Pertemuan sekitar 30 menit di kediaman Soeharto itu berlangsung tertutup. Lee Kuan Yew kemudian berpamitan kepada Soeharto sekitar pukul 11.40. Lee diantar Soeharto hingga depan beranda rumah. Soeharto yang kemarin tampak sehat dengan mengenakan batik warna hijau tampak berkali-kali menjabat tangan Lee. Sebelum berpisah, Lee dan istrinya serta Soeharto menyempatkan diri foto bersama. Soeharto melepas kepergian Lee dengan senyuman dan lambaian tangan.

Lee selanjutnya mengunjungi kediaman mantan Presiden Megawati di Jalan Teuku Umar. Mengenai isi pertemuan, Megawati menyebut dirinya dan Lee memang sudah saling mengenal secara pribadi sejak lama dan sudah menjadi kebiasaan untuk saling mengunjungi dan membicarakan banyak hal.

Tadi beliau menanyakan bagaimana situasi di Indonesia dari prospek pandangan saya. Saya juga mencoba menerangkan dengan baik dan beliau memberikan pandangan-pandangannya mengenai kondisi di sini, papar Megawati kepada wartawan yang menunggu di luar kediamannya setelah mengantar Lee.

Masalah perjanjian kerja sama pertahanan antardua negara (DCA) juga menjadi salah satu pembicaraan. Lee disebutkan Megawati menolak berkomentar tentang itu.

Beliau orang yang sangat tahu aturan. Jadi, kalau masalah yang sekarang sedang menjadi pembicaraan, terutama di DPR, yaitu masalah pertahanan dan masalah ekstradisi, itu adalah masalah internal Indonesia, katanya.

Namun, Megawati menjelaskan bahwa Lee melihat hubungan antara Singapura dan Indonesia secara umum masih berjalan dengan baik. Buktinya, beliau bisa ke sini dan saya juga bisa ke Singapura, ujarnya.

Lebih jauh, Megawati mengemukakan bahwa masalah DCA dan ekstradisi seharusnya menjadi masalah internal bangsa Indonesia, tidak seharusnya menjadi tugas Lee. Mengenai masalah perjanjian yang sekarang dibahas, menurut saya dan saya juga mengatakan kepada beliau, itu adalah masalah kami. Kami yang seharusnya membereskan terlebih dahulu, bukan beliau yang datang ke sini untuk mengurusi rumah tangga kita (wir/nue)

Sumber: Jawa Pos, 27 Juli 2007

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan