Lebih Dekat dengan Abraham Samad; Dua Kali Gagal, Percobaan Ketiga Jadi Ketua

Keterpilihan Abraham Samad sebagai ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011-2015 mengejutkan berbagai pihak. Bagaimana tidak, pegiat antikorupsi dari Makassar itu mampu mengungguli nama-nama tenar seperti Bambang Widjojanto dan ketua sebelumnya, Busyro Muqoddas.

ABRAHAM Samad merupakan pimpinan KPK yang paling muda. Lahir di Makassar 27 November 1966, Samad menyelesaikan pendidikan strata satu hingga strata tiga bidang hukum di Universitas Hasanuddin. Di kampung halamannya, pria berusia 45 tahun itu dikenal sebagai aktivis antikorupsi.

Abraham mendirikan Anti-Corruption Committee (ACC), sekaligus menjadi koordinator.

Dia juga aktif sebagai advokat. Salah satu kasus korupsi yang pernah dia bongkar yakni kasus yang melibatkan wali kota Makassar. Akibat langkahnya itu, rumah dan tempat usaha milik istrinya dirusak sekelompok orang.

Namun, tak banyak orang yang mengetahui bahwa sebelum terpilih sebagai ketua KPK, Abraham dua kali gagal ketika mendaftar sebagai calon pimpinan KPK. Percobaan pertama dilakukan pada tahun 2007. Saat itu dia kalah bersaing dengan Antasari Azhar cs.

Percobaan kedua dilakukan tahun 2010 ketika mendaftar sebagai calon pimpinan pengganti Antasari. Lagi-lagi, dia tersingkir. Dalam dua kali percobaan itu, namanya bahkan tidak lolos sebagai calon yang akan diuji oleh Komisi III DPR.

Kegagalan seakan-akan akrab dengan Abraham. Selain dua kali percobaan sebagai capim KPK, dia juga pernah merasakan kepahitan saat mendaftar sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Komisi Yudisial.

Tapi, kegagalan-kegagalan tersebut tidak menyurutkan niatnya. Pada 2011, dia kembali mendaftarkan diri sebagai capim KPK. Hasilnya, meskipun hanya menduduki peringkat kelima hasil uji Panitia Seleksi (Pansel), dia bukan hanya lolos, tapi langsung didapuk sebagai ketua KPK menggantikan Busyro Muqoddas.

”Semua ini hanya salah satu ikhtiar saya untuk mengabdi dan memberantas korupsi yang sudah mendarah daging di Indonesia,” ujar ayah dua anak itu.

Selama uji kelayakan dan kepatutan, dia satu-satunya calon yang berani berjanji akan mundur tanpa didesak jika setahun kepemimpinannya dianggap gagal.

”Saya nggak perlu diminta turun (sebagai pimpinan). Satu tahun nggak bisa apa-apa, saya akan mundur,” tegasnya.

Karakter keras memang terlihat dalam diri Abraham. Dia juga satu-satunya capim KPK yang berani menggunakan kata-kata lugas dan keras dalam uji kelayakan dan kepatutan, seperti ’’libas’’ dan ’’gantung’’.  Dia juga berani melontarkan kritik pedas kepada Pansel atas pemeringkatan delapan capim.

”Itu penghinaan yang luar biasa,” tandasnya mengomentari penempatan dirinya pada peringkat kelima.

Karakter keras Abraham sudah terlihat sejak kecil. Ketika baru menginjak usia sembilan tahun, dia ditinggal pergi sang ayah, Andi Samad, tokoh pejuang kemerdekaan ’45, untuk selama-lamanya. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nasional, Makassar, tahun 1980, Abraham semakin tumbuh sebagai pribadi kritis.

Wataknya yang tidak mengenal kompromi terhadap segala yang dianggap menyimpang kian terbentuk ketika memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Cendrawasih, Makassar, tahun 1983.

Jiwanya yang memberontak dan ingin membela kawan kerap membuat Abraham terlibat perkelahian dengan siswa lain.

Sikap pembelaannya terhadap yang tertindas itu membuatnya memilih studi di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, dari S1 hingga S3. Dia kemudian menjadi pengacara. Salah satu kasus yang ditanganinya adalah kasus bom Makassar beberapa tahun lalu.

Dia membela tersangka yang dianggapnya mendapat perlakuan tidak adil. Padahal, kasus terorisme cenderung dihindari para advokat lain, karena dinilai sensitif. Pada saat bersamaan, suami Indriana Kartika itu terus menyuarakan perang melawan korupsi melalui LSM yang didirikannya. Itu tak lain akibat keprihatinannya terhadap fenomena korupsi yang merajalela.

Istri Menjahit
Kini, beban di pundak Abraham semakin berat. Keluarganya mendukung penuh Abraham dalam menjalankan amanahnya. Sang istri, Indriana Kartika, merasa bangga karena suaminya dipercaya memimpin lembaga antikorupsi yang menjadi harapan jutaan rakyat negeri ini.

’’Semoga Bapak bisa menjalankan tugasnya sesuai komitmen. Sebab, Bapak dari dulu bercita-cita membangun bangsa dengan memberantas korupsi. Kami juga meminta masyarakat mendoakan Bapak  dan ikut memantau tugasnya,” tutur Indriana yang mengisi waktu luang di rumah dengan menerima order jahitan, seperti mukena, taplak meja, tas kain,  atau sarung bantal sofa.

Ia menuturkan, hobi menjahit ia tekuni untuk mengusir rasa sepi ketika ditinggal suami yang sibuk menjalankan profesinya sebagai pengacara dan aktivis antikorupsi.

”Hobi saya menjahit dari dulu. Selain mengurus anak, saya menerima pesanan jahitan. Rata-rata yang memesan teman sendiri,” ujar wanita berjilbab yang diperistri Abraham sejak 13 tahun silam.

Abraham bersama Indriana dan dua anak mereka, Nasya Thahira (12) dan Syed Yasin Rantisi (6) tinggal di rumah besar peninggalan orang tua Indriana, Brigjen (Purn) Djuritno, yang pernah menjabat bupati Mamuju, Sulawesi Barat, tahun 1989-1994.

Rumah bernuansa adat Bugis-Makassar itu tak jauh dari rumah mantan ketua PSSI Nurdin Halid. Di garasi yang terletak di bagian belakang terparkir dua mobil berwarna perak, yakni Toyota Fortuner dan Toyota Innova.

Indriana menyatakan siap menghadapi setiap risiko yang kemungkinan muncul setelah sang suami menjadi ketua KPK. Teror sudah biasa dia rasakan sejak sang suami menjadi aktivis antikorupsi. (Wisnu Wijanarko, Saktia Andri Susilo,dtc-59)
Sumber: Suara Merdeka, 5 Desember 2011
----------------------------------
Abraham Janji Tolak Intervensi, Siap Bersihkan Istana dan DPR; Tiga Buron Jadi PR Utama

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terpilih Abraham Samad siap membersihkan korupsi di semua lembaga, termasuk di lingkungan Istana dan DPR. Abraham berjanji membuktikan ucapannya itu dengan tindakan.

“Jangankan Istana dan DPR, saudara kandung saya saja jika korupsi saya gantung. Saya akan yakinkan masyarakat dengan tindakan,” tegasnya, Sabtu (3/12).

Abraham juga menyatakan siap menyelesaikan sejumlah kasus lama, termasuk menangkap sejumlah buron utama KPK. Mereka antara lain Nunun Nurbaeti, tersangka suap terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI); Neneng Sri Wahyuni (istri bekas bendahara umum Partai Demokrat M Nazaruddin), tersangka dugaan korupsi proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi; serta Anggoro Widjojo, tersangka kasus korupsi proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) di Kementerian Kehutanan.

“Semua yang lari akan kami tangkap, termasuk Nunun,” ujar Abraham.
Pria berumur 45 tahun itu meyakini tugasnya memberantas korupsi akan bebas dari intervensi, termasuk dari Istana.

Saat dirinya terpilih sebagai ketua KPK, tidak ada orang Istana yang menghubunginya.
Di sisi lain, Abraham mengakui sebelum pemilihan pimpinan KPK dirinya diundang fraksi-fraksi di DPR seperti PKB, PAN, dan PDIP. Namun, pertemuan itu hanya untuk mengetahui visi dan misinya jika terpilih sebagai ketua KPK.
“Saya sama Pak Bambang Widjojanto hadir saat diundang,” kata penggagas LSM Anti Corruption Committee (ACC) di Sulawesi Selatan itu.

Pimpinan KPK terpilih lainnya, Adnan Pandu Praja, mengakui kedekatannya dengan institusi kepolisian.
Kedekatan itu akan dia manfaatkan untuk memberantas korupsi, termasuk yang terjadi di Korps Bhayangkara tersebut.
“Justru kedekatan itu membuat komunikasi dengan Polri bagus. Jangan diartikan nanti saya akan diskriminatif,” tegas Adnan yang pernah menjadi komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

Langkah awal yang akan dia lakukan adalah membenahi internal KPK. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan stigma KPK yang tebang pilih dalam menangani kasus korupsi.

“Saya mau me-review ke dalam dulu. Saya pernah bilang, KPK harus diaudit, harus transparan. Selama ini orang melihat KPK tebang pilih. Jadi, saya (menata) ke dalam dulu, baru keluar,” jelasnya.
Adnan juga berencana melakukan perjanjian dengan lembaga-lembaga lain untuk bekerja sama dalam pemberantasan korupsi.

Sedikit Bicara
Berbagai harapan dilontarkan sejumlah kalangan terhadap pimpinan baru KPK. Ketua MPR Taufik Kiemas mengatakan, Abraham Samad cs diharapkan mampu menyelesaikan semua kasus korupsi, bukan hanya kasus Century. Menurut dia, Abraham membawa harapan baru dalam perang melawan korupsi.
“Saya optimistis, dia kan anak muda yang penuh semangat,” kata Taufik usia menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kemarin.

Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar mengatakan, KPK hebat bila mampu mengurai kasus Bank Century.
“Tolok ukur kesuksesan pimpinan baru KPK adalah bila mau membongkar skandal Century,” tandasnya.
Menurut Akil, pimpinan KPK periode ketiga (2011-2015) sebaiknya belajar dari dua periode sebelumnya. Jika tidak ada yang signifikan dari KPK periode sekarang, konsekuensinya bangsa ini gagal dalam perang melawan korupsi. Bila itu terjadi, bangsa ini tak perlu lagi mempertahankan KPK.

Peneliti Hukum Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama S Langkun menyambut gembira kemunculan tokoh muda di KPK. Abraham Samad diharapkan bekerja lebih baik dari pimpinan senior KPK yang lain.
“Yang pertama kami lihat, ada tokoh muda dalam komisi yang menjadi sorotan publik itu. Abraham merupakan pimpinan KPK termuda di antara pimpinan yang lain. Kredibilitasnya akan diuji di tengah para senior,” ujar Tama.

Selain itu, lanjut dia, ujian bagi masyarakat sipil berada di pundak Abraham Samad dan Bambang Widjojanto yang tidak berlatar belakang birokrasi. Abraham merupakan aktivis antikorupsi dan bergelar doktor hukum dari Universitas Hassanuddin, Makassar. Demikian pula Bambang yang meraih gelar doktor  ilmu hukum dari Universitas Padjajaran, Bandung.

“Mereka harus membuktikan diri, mampu atau tidak bekerja lebih baik dari pimpinan KPK yang berasal dari aparat penegak hukum, kepolisian dan kejaksaan,” tuturnya.
Tama juga berharap jangan sampai pimpinan KPK merasa memiliki utang budi kepada DPR yang telah meloloskan mereka hingga menduduki jabatan penting tersebut. “Bahaya kalau nanti ada rasa utang budi ke DPR. Bisa-bisa, kasus yang menjerat anggota Dewan tidak diusut,” tandas Tama.

Direktur Nasional Lingkar Madani Ray Rangkuti meminta Abraham Samad mengurangi bicara di depan publik, namun harus memberikan banyak bukti bahwa kasus-kasus yang ditangani KPK mengalami kemajuan berarti.
“Terlalu banyak bicara, tapi miskin bukti hanya memberikan janji palsu kepada publik. Ibaratnya publik mengira oase di tengah padang pasir, ternyata fatamorgana. Banyak bicara berpotensi menimbulkan polemik seperti halnya ketua yang lalu,” kata Ray. (F4,D3,jo,dtc-59)
Sumber: Suara Merdeka, 4 Desember 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan