KPK Minta Busyro Langsung Tancap Gas
Pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi yang baru, Busyro Muqoddas, diminta segera beradaptasi dengan sistem kerja Komisi dan berkoordinasi dengan empat pemimpin lainnya. Pasalnya, waktu kerja Busyro yang hanya tinggal satu tahun dinilai terlalu singkat.
“Sistem di KPK berbeda dengan di instansi lain. Pak Busyro juga harus langsung tancap gas, melaksanakan tugas bersama pimpinan lain,” ujar juru bicara KPK, Johan Budi S.P., seraya mengucapkan selamat datang kepada Busyro kemarin. Dengan masuknya Busyro ke KPK, menurut Johan, tidak ada alasan lagi bagi Komisi untuk tidak bekerja lebih keras.
Sebelum Busyro terpilih pun, KPK mengklaim telah serius menyidik kasus dugaan suap cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom. Hal ini, kata Johan, bisa dilihat dari pemeriksaan saksi dan tersangka kasus setiap hari.
Begitu juga dengan pemanggilan Nunun Nurbaetie sebagai usaha mencari asal duit cek perjalanan tersebut. Bentuk lain keseriusan KPK menangani kasus ini adalah memanggil dokter pribadi Nunun, Andreas Harry.
Kesaksian Nunun dalam kasus cek perjalanan dinilai penting karena beberapa tersangka yang menerima cek tersebut mengaku menerimanya dari Nunun. Di antaranya Udju Djuhaeri, R. Sulistyadi, Darsup Yusuf, dan Suyitno melalui Arie Malangjudo. Cek perjalanan yang masing-masing sebesar Rp 500 juta itu mereka terima setelah memilih Miranda Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
Kemarin penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi kembali memeriksa tersangka kasus cek perjalanan, Agus Condro Prayitno.Kepada wartawan, Agus berkukuh menyatakan cek perjalanan senilai Rp 500 juta merupakan imbalan dari Miranda Goeltom karena memilihnya sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Hal ini bertentangan dengan pernyataan tersangka lain yang menyatakan duit itu merupakan dana kampanye. CORNILA DESYANA
Sumber: Koran Tempo, 26 November 2010