Koruptor Kian Terkonsolidasi

Pemberantasan korupsi di negeri ini dinilai semakin berat. Jika pada awal reformasi koruptor terfragmentasi, kini mereka semakin kompak, menyusul terkonsolidasinya kekuatan lama berupa elite-elite politik dan bisnis. Beberapa kasus menunjukkan, koruptor saling melindungi melalui negosiasi politik.

Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia Teten Masduki dalam peringatan Hari Antikorupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis (9/12). Karena terkonsolidasi kuat, koruptor menjadi lebih berani membajak, mengganggu, dan mengancam institusi-institusi antikorupsi. ”Kita beruntung hingga hari ini KPK masih selamat,” katanya.

Ajit Joy, Kepala Perwakilan United Nations Office on Drugs and Crime di Indonesia mengatakan, di tengah terkonsolidasikannya korupsi di tingkat elite, gerakan masyarakat sipil di lapisan terbawah dalam melawan korupsi justru menguat.

Wakil Ketua KPK M Jasin mengatakan, dalam peringatan Hari Antikorupsi ini, KPK, bekerja sama dengan sejumlah lembaga, seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), kalangan perguruan tinggi, dan sejumlah LSM lainnya, membangun ”Kampung Antikorupsi” di halaman Kantor KPK. Anak-anak muda hingga anak-anak sekolah dasar dilibatkan dalam berbagai kegiatan pendidikan antikorupsi.

Di Surabaya, penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, mengatakan, sekitar 60 persen dari 3,7 juta hingga 4 juta pegawai negeri sipil (PNS) melakukan praktik korupsi. ”Gaji pegawai negeri sipil hanya cukup 10 hari,” kata Abdullah. Untuk itu, pemberian materi pendidikan antikorupsi di lingkungan sekolah dan keluarga menjadi sangat penting.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan mengeluarkan surat edaran Nomor 11 Tahun 2010 tentang Peringatan Hari Antikorupsi. Salah satu isinya mengingatkan menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, kepala daerah, Jaksa Agung, Kapolri, dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian untuk membangun komitmen semangat antikorupsi.

Ricuh di berbagai kota
Di luar Gedung KPK, ratusan orang berunjuk rasa menuntut agar KPK menuntaskan berbagai dugaan korupsi di negeri ini berlangsung ricuh. Empat orang ditahan polisi, dua di antaranya karena berusaha menurunkan bendara Merah-Putih di halaman Gedung KPK.

Unjuk rasa ratusan mahasiswa di depan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Makassar, juga ricuh. Bentrokan dengan polisi menyebabkan 12 mahasiswa terluka akibat tertembak peluru karet.

Di Banjarmasin, sejumlah elemen masyarakat juga berunjuk rasa. Mereka menuntut proses hukum kasus-kasus korupsi di daerah segera dituntaskan. Sekitar 200 orang berunjuk rasa di Samarinda. Mereka meminta kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat elite diusut tuntas.

Di Jayapura, 50 mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura, Papua, memalang kampusnya sendiri di Waena. Akibat aksi itu terjadi keributan yang mengakibatkan kaca mobil pejabat Uncen rusak. Aksi ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Jambi juga ricuh. Keributan juga mewarnai unjuk rasa massa di Palu. Polisi dan pendemo saling lempar dan saling pukul. Belasan pendemo dan polisi luka-luka. Sebanyak 30 pendemo ditangkap kendati dilepaskan pada sore hari.(AIK/SIE/ITA/ICH/NWO/ REN/WER/BRO/RIZ/ABK)
Sumber: Kompas, 10 Desember 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan