Kejati Dilempari Telur Busuk; Hentikan Pengusutan Korupsi Genset
Kendari-Aktivis di Kendari Sultra kecewa dengan sikap Kejati Sultra yang tak memproses dugaan korupsi di PLTD Lambuya senilai Rp 28 miliar lebih. Kemarin, aktivis HMI Cabang Kendari dan Koalisi Antikorupsi (KAK) berunjuk rasa ke sekian kali memprotes Kejati.
Uniknya, para pengunjuk rasa tak hanya berorasi atau mengacungkan spanduk. Mereka melempari kantor aparat penegak hukum dengan tomat dan telur busuk. Aparat kepolisian yang siaga di depan kantor, tak dapat berbuat banyak selain menonton aksi itu.
Selain menghadiahi telur busuk dan tomat, pendemo juga membawa ikan gabus sebagai simbol kelicinan koruptor. Tak ketinggalan karikatur Kajati I Wayan Pasek Suartha, yang kalimatnya telah diubah menyudutkan Kajati, juga dibagi-bagikan pada orang yang berada di sekitar lokasi demo. Bahkan, mereka mendesak Kajati dipindahtugaskan.
Menurut koordinator KAK Andri Darmawan, pelemparan telur busuk dan tomat sebagai simbol berduka yang dialamatkan pada Kejati atas ketidakmampuan mengusut dugaan korupsi kasus genset. Padahal, kasus tersebut pengusutannya telah memakan waktu tiga bulan.
Andri menduga telah terjadi konspirasi dan kerancuan dalam penanganan kasus genset. Sebab, Kajati menyatakan tak ada unsur korupsi dalam kasus itu. Sebaliknya, BPKP melihat ada dugaan mark up. Kami mendesak agar Kejati mengklarifikasi pernyataannya. Bila tidak kami akan mensomasi pihak Kejati karena melakukan kebohongan publik, tegas Andri.
Untuk diketahui, kasus genset di PLTD Lambuya kembali menghangat, menyusul ekspose Kajati Wayan tentang hasil audit BPKP. Dari hasil yang dikeluarkan BPKP itu ternyata, menurut Kajati, proyek PLTD itu justru menguntungkan negara. Namun belakangan, pihak BPKP melalui Raden Mas Suryo, koordinator audit investigasi ternyata menolak simpulan Kajati tersebut.
Proyek pengadaan empat unit genset dan asesorisnya di PLTD Lambuya saat ini memang dalam sorotan. Diduga, terjadi mark up pada proyek senilai Rp 28 miliar lebih, yang dianggarkan dalam dua tahun anggaran tersebut.
Sementara itu, puluhan pegawai Kejati berjaga-jaga di depan kantor hingga siang hari. Kajari Kendari Salahuddin Mannahawu yang kebetulan berada di gedung tersebut sempat keluar sebentar melihat gerbang yang dilempari pendemo. Namun, dia tak melakukan dialog dengan siapapun. Kasi Humas dan Penkum Kejati Muhammad Idris Gani serta beberapa staf intelijen Kejati yang menggunakan pakaian preman nampak proaktif, bahkan bergabung dengan para pendemo.
Sementara itu, sejumlah elemen pro demokrasi yang kini berada di Jakarta dijadwalkan akan bertemu dengan pihak KPK, Senin lusa. Dari pertemuan itu akan diketahui, apakah KPK sudah siap mengambil alih kasus genset atau masih memberi kepercayaan pada Kejati Sultra. (adi)
Sumber: Jawa Pos, 26 Maret 2005