Kantor Tersangka Penggelap Pajak Digeledah

"Kami belum menemukan barang bukti yang signifikan."

Polisi kemarin menggeledah ruangan Kepala Seksi Pengawasan Dampak Lingkungan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah, Edi Suwaedi, di lantai tiga kantor Wali Kota Jakarta Utara.

Penggeledahan itu untuk mencari dokumen dan barang bukti kasus penggelapan pajak penghasilan kesejahteraan ribuan guru Jakarta Selatan senilai Rp 23 miliar.

Kepala Satuan Tindak Pidana Korupsi Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Aris Munandar mengatakan lima penyidik dikerahkan dalam penggeledahan itu. "Kami belum menemukan barang bukti yang signifikan," kata Aris.

Dalam penyelidikan kasus ini, kata Aris, polisi sudah mengajukan surat kepada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk memeriksa keuangan instansi terkait. “Untuk mengetahui secara pasti kerugian negara akibat penggelapan ini,” katanya.

Polisi menangkap Edi Suwaedi pada 31 Desember 2008 dan menetapkannya sebagai tersangka sepekan kemudian. Dia diduga menilap uang pajak tunjangan kesejahteraan ribuan guru se-Jakarta Selatan periode Januari-Juni 2008.

Kasus penggelapan itu terkuak saat petugas pajak dari Jakarta Selatan menagih uang ke Suku Dinas Pendidikan Tinggi Jakarta Selatan. Karena merasa sudah membayar, staf di instansi itu menunjukkan surat bukti pelunasan pajak. Ternyata surat-surat itu palsu.

Kasus ini bermula ketika Pujiono, Bendahara Suku Dinas Pendidikan Nasional Jakarta Selatan, berencana menyetor pajak Rp 18 miliar dari Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Selatan serta Rp 5 miliar dari Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Selatan. Melalui Purnomo, staf Suku Dinas Pemuda dan Olahraga Jakarta Selatan, Edi menawarkan diri untuk mengurus pajak itu.

Setelah uang diterima, Edi menemui seseorang berinisial AS yang memiliki keahlian membuat surat-surat palsu. AS inilah yang kemudian membuat surat penyelesaian pajak penghasilan palsu. Untuk jasanya itu, Edi memberi AS Rp 2 miliar.

Polisi sudah memeriksa enam orang sebagai saksi. Sedangkan AS hingga kini belum diketahui keberadaannya. "Kami masih mengejar dia," kata Aris. SUSENO | AMIRULLAH

Sumber: Koran Tempo, 8 Januari 2009

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan