Jull Takaliuang: Berjuang Untuk Keadilan
Tidak banyak yang mengenal sosok Jull Takaliuang. Aktivis perempuan dari Selawesi Utara, ini tidak menyangka akan terpilih oleh United Nation Development Program (UNDP) menjadi perwakilan Indonesia dalam menerima penghargaan dari N-Peace Award 2015, dalam kategori Untold Stories: Women Transforming their Communities.Nantinya penghargaan tersebut akan diserahkan di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama delegasi aktivis dari berbagai negara pada tanggal 19-20 Oktober 2015 mendatang.
Perempuan hebat ini, lahir pada 31 juli 1969 di desa kecil Menggawa, Kecamatan Tamako, Kepulauan Sangihe, Selawesi Utara. Jull menyelesaikan pendidikan dasar, menengah pertama di Kepulauan Sangihe dan menengah atas di Manado. Selepas itu, tahun 1992 Jull lulus dari Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi, dengan menyandang status sarjana.
Sebelum menceburkan diri sebagai aktivis, ibu satu anak ini menimba karirnya di dunia pers menjadi wartawan. Tidak bertahan lama, setelah lima tahun bekerja anak pertama dari tiga bersaudara ini langsung bergabung dengan Yayasan Suara Nurani Minaesa sampai detik ini. Istri dari Didi Koleangan yang juga seorang aktivis lingkungan dan hak asasi manusia, juga pernah menjadi tahanan rumah oleh jaksa dan menjalani proses peradilan pada 2007. Berbagai pengalaman advokasi untuk berbagai kasus telah dijalaninya, selama 17 tahun bersama masyarakat tertindas dan berjuang merebut hak-haknya. Berikut pemaparannya dalam rangkuman wawancara yang dilakukan antikorupsi.org, Kamis (10/9/2015):
Bagaimana perasaan anda menerima penghargaan bergengsi N-PeaceAward dari PBB ini?
Saya sangat bersyukur dan senang. Tentunya ini semua bukan karena ‘kejagoan’ saya tetapi kehendak Tuhan serta dukungan dari banyak pihak. Seperti ICW, suporter ICW, bahkan teman-teman perempuan yang terus memotivasi dan memberikan dukungan dengan melakukan vote atau bahkan hanya meng- klik di webpage N-Peace. Tidak kalah penting masyarakat Indonesia yang tidak saya bisa sebutkan satu-persatu.
Bisa diceritakan, bagaimana perjuangan anda sehingga akhirnya berbuah mendapatkan penghargaan ini?
Saya tidak berjuang untuk mendapatkan penghargaan, tetapi saya berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi masyarakat yang tertindas. Kalau penghargaan N-PeaceAward, kebetulan saya dinominasikan oleh salah seorang aktivis perempuan Siti Nurjanah dari Woman and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) Surabaya. Dirinya memotivasi saya untuk menggalang dukungan dari teman-teman jaringan dan masyarakat Indonesia. Teryata luar biasa dukungannya, sehingga membawa saya sebagai pemenang karena mendapatkan jumlah pendukung terbanyak di Indonesia.
Berapa lama anda menggeluti dunia aktivis? Apa yang menjadi fokus Anda dalam perjuangan mengadvokasi kasus?
Saya mulai bekerja di Yayasan Suara Nurani Minaesa sejak 1998 sampai sekarang. Saya fokus pada bidang advokasi terkait dengan lingkungan hidup. Seiring berjalannya waktu kemudian banyak kasus-kasus yang saya advokasi terkait HAM.
17 tahun berkecimpung dalam dunia advokasi, bisa diceritakan bagaimana pengalaman anda dalam mengadvokasi masyarakat? Kasus-kasus apa saja saja yang telah berhasil diadvokasi?
Saya mulai pada pengalaman saya mengadvokasi kasus-kasus lingkungan pada awal 2004 sampai 2005. Ada kasus Buyat di Manado. Ada sekitar 7 kasus lingkungan dan yang terpanjang waktunya adalah kasus Pulau Bangka yang dimulai sejak tahun 2011 sampai sekarang. Masyarakat Pulau Bangka menuntut pemerintah untuk menjamin hak masyarakat atas lingkungan hidup yang sehat dan layak.
Dalam mengadvokasi kasus HAM terdapat enam kasus HAM sejak 2009 sampai saat ini. Contoh kasus yang pernah diadvokasi adalah mengorganisir nelayan tradisional Sulawesi Utara tahun 2009 serta mengadvokasi kasus penggusuran Candi Bitung pada tahun 2012 sampai sekarang.
Selain itu ada kasus Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABDH). Ada lima kasus yang pernah saya advokasi dari tahun 2006 sampai saat ini. Salah satunya mengadvokasi kasus pembunuhan terhadap dua balita perempuan, akhirnya pelakunya dihukum pidana selama 18 tahun oleh Pengadilan Negeri (PN) Manado.
Pengalaman paling menarik apa yang pernah anda alami dalam perjuangan selama ini?
Bergelut dengan masyarakat untuk memperjuangkan hak mereka atas kehidupan dan lingkungan yang layak memiliki kepuasan sendiri. Terkadang dalam waktu bersamaan harus menangani beberapa kasus serta menyesuaikan dengan kondisi dilapangan. Karena hal itu saya dituntut untuk tidak boleh sakit, tidak boleh lemah (baik fisik dan psikis) serta tidak boleh salah karena ini semua menyangkut hajat hidup orang banyak.
Bagaimana pandangan anda akan situasi korupsi di Indonesia saat ini?
Korupsi di Indonesia sudah membuat muak masyarakat. Upaya pemberantasan korupsi yang didengungkan oleh pemerintah masih jauh dari harapan. Dalam pandangan saya, terkadang jalan menuju korupsi memang disiasati melalui aturan yang dibuat DPR maupun pemerintah. Hal ini juga diperburuk oleh sikap mayoritas legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang telah rusak ahklaknya, lalu hal ini yang menyebabkan salah satu sulitnya memberantas korupsi di Indonesia. Maka ICW harus dapat lebih kuat, kokoh, dan cerdas untuk terus mendobrak gerakan sipil dan generasi muda dalam gerakan bebas korupsi.
Anda menyebut di webpage N-Peace bahwa melawan ketidakadilan dapat dilakukan dengan memperbaiki strategi dalam sistem peradilan, bisa dijelaskan…
Peradilan adalah perjuangan dalam mengiring perlawanan masyarakat yang haknya telah ditindas oleh sistem negara. Dan perjuangan ini sangat sulit. Namun, peradilanlah pilihan terbaik untuk mereduksi anarkisme yang sering terjadi di komunitas yang telah merasa buntu dengan upaya yang telah dilakukan. Misalnya perjuangan masyarakat Pulau Bangka yang menolak hidupnya dirampas oleh perusahaan tambang bijih asal China, dengan melayangkan Peninjauan Kembali (PK) akhirnya masyarakat Pulau Bangka memenangkan tuntutan mereka.
Siapakah sosok yang menginsipirasi anda untuk terus membantu masyarakat yang haknya dirampas? Apakah penghargaan ini untuknya juga?
Almarhum ibu saya adalah sosok perempuan kuat dan hebat yang selalu menginspirasi saya untuk menjadi perempuan mandiri dan ulet serta selalu bermanfaat bagi sesama. Ibu saya juga berasal dari desa, tetapi dia sangatlah tangguh. Hal itu terbukti dari semangatnya untuk terus menyekolahkan saya dan dua adik perempuan saya dan tetap hidup bahagia bersama ayah saya yang kini telah menjadi pensiunan guru Sekolah Dasar (SD).
Anda adalah wakil perempuan Indonesia yang akan menerima penghargaan dari PBB, apa pesan anda untuk perempuan Indonesia?
Perempuan Indonesia harus lebih percaya diri dengan menunjukkan eksistensi dan mengambil peran penting dalam segala bidang pembangunan di semua level. Terutama pengaruhnya dalam pengambilan kebijakan di semua level. Untuk menunjukkan dan memperjuangkan kehidupan yang adil, sejahtera, dan berkelanjutan.