Jika Jadi Komisioner KPK, Surya Tjandra Lanjutkan Perjuangan Kesejahteraan

Jakarta, antikorupsi.org –  Salah satu calon komisioner Komisi pemberantasan Korupsi, Surya Tjandra menjalani proses wawancara yang dilaksanakan oleh panitia seleksi calon pimpinan KPK 2015. Berlatar belakang sebagai aktivis buruh, menjadi komisioner KPK bukanlah sebuah peralihan melainkan kelanjutan dari gerakan buruh menjadi masyarakat sipil antikorupsi.

“Ini bukanlah peralihan profesi tetapi berkelanjutan. Karena melawan  korupsi adalah perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan, dan peningkatan kesejahteraan itulah yang selalu menjadi perjuangan buruh,” ujarnya saat menjawab pertanyaan pertama dari salah satu pansel KPK, Natalia Subagiyo.

Menurutnya, gerakan masyarakat sipil menjadi modal sosial untuk mempertahankan gerakan antikorupsi. Jangan sampai konflik di APH yang terjadi saat ini menyebabkan keraguan bagi masyarakat

Dengan latar belakang sebagi aktivis buruh, menjadi peluang baginya guna menggalang kerjasama yang kuat bagi rakyat dan bergerak melawan korupsi bersama-sama.

Diapun menuturkan, apa itu korupsi dan gerakan antikorupsi baru dipelajarinya dua bulan sebelum mendaftar capim KPK. Dirinya berharap dapat mengisi salah satu kursi komisioner KPK dengan capaian 100 hari pertamanya memperbaiki performa sistem yang telah ada serta menguatkan peran leadership dari atas sampai bawah di KPK.

“Maka perbaikan sistem itu harus dilakukan, karena kelemahan KPK berpotensi lebih besar dari internalnya itu sendiri,” katanya.

Jebolan LBH Jakarta ini menerangkan bahwa, KPK harus menjadi gerakan yang sadar politik namun tidak menjadi politis. Karenanya pimpinan KPK haruslah bersih dari egonya serta mengetahui batasan yang harus dilakukan dan mampu mempertanggungjawabkannya.

Salah satu yang akan dilakukan saat terpilih nanti ialah, tidak akan melakukan komunikasi kepada media. Karena hal tersebut dapat mengganggu stabilitasnya sebagai komisioner KPK.

“Iya, karena ada momen tertentu komisionernya ‘bablas’ dan tidak tahan dengan popularitas. Oleh karena itu saya akan memperbanyak juru bicara,” katanya.

Sebelumnya pansel telah mengadakan test wawancara capim KPK kepada 19 kandidat capim KPK di Seketariat Negara Republik Indonesia selama tiga  sejak 24-26 Agustus 2015. Pada hari pertama pansel mewawancarai tujuh kandidat yaitu Ade Maman Suherman, Agus Rahardjo, Alexander Marwata, Brigjen Pol Basaria Panjaitan, Budi Santoso, Chesna Fizetty anwar, dan Firmansyah TG Satya.

Pada hari kedua kandidat yang diwawancarai adalah Giri Suprapdiono, Hendadji Soepandji, Jimly Asshiddiqie, Johan Budi Sapto Pribowo, Laode Muhamad Syarif, Mohammad Gudono, dan Nina Nurlina Pramono. Sedangkan hari terakhir menjadi giliran Saut Situmorang, Sri Harijati, Sujanarko, Surya Tjandra, Inspektur Jenderal Yotje Mendez.

Pengumuman hasil seleksi capim KPK masih menunggu hasil test kesehatan pada 28 Agustus. Hasil seleksi para capim KPK ini akan diserahkan kepada presiden pada 31 Agustus. Enny Nurbaningsih, wakil Ketua Pansel KPK, menegaskan tim Pansel tak melihat referensi atau rekomendasi dari para capim KPK dalam menentukan kandidat yang lolos. (Ayu-Abid)

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan