Jelang Pemilihan Ketua DPRD Kota Bandung; Muncul Tawaran Politik Uang
Tiga nama muncul untuk bersaing memperebutkan posisi Ketua DPRD Kota Bandung periode 2004-2009, yakni Husni Muttaqien (PKS), Herry Mei Oloan (PDIP) dan Entjo Warso (Partai Golkar). Seiring dengan itu, aroma politik uang (money politics) mulai terasa menjelang pemilihan ketua dewan, yang diagendakan Selasa (14/9) pekan depan.
Informasi yang dihimpun PR, Kamis (9/9), Husni, Herry, maupun Warso kini berupaya mencari dukungan dengan melakukan lobi-lobi ke fraksi lain. Mereka disebut-sebut melakukan serangkaian pertemuan di hotel maupun tempat lain yang dirahasiakan.
Selain upaya lobi, seorang calon disebut-sebut memberi tawaran uang Rp 5 juta-Rp 10 juta kepada setiap anggota dewan yang bersedia mendukungnya. Namun, identitas calon itu tidak disebutkan secara jelas.
Tidak layak kalau saya menyebutkan siapa orangnya. Namun, yang pasti saya pernah ditawari uang hingga Rp 10 juta. Beberapa teman juga mengaku mendapat tawaran yang sama, kata Muchsin Al Fikri, anggota dewan Kota Bandung dari Partai Bulan Bintang (PBB).
Kendati didesak apakah calon itu dari partai nasionalis atau agama, Muchsin tetap mengelak menyebutkannya. Pokoknya ada. Kalau ditanya apakah kami menerima tawaran itu, sudah pasti saya menolak. Bagi kami, itu cara yang tidak terpuji, tandasnya.
Adanya money politics ini, sebelumnya sudah dilontarkan Sekretaris FPAN, Nanang Sugiri.Aromanya sudah terasa. Ada indikasi kuat, pemilihan ketua dewan ada yang mencoba melakukan money politics, katanya.
Menurutnya, bagi calon tertentu money politics bisa saja dijadikan salah satu cara guna meraih jabatan ketua dewan. Mengingat ketua dewan merupakan bentuk legitimasi politik yang strategis, maka untuk meraihnya dilakukan dengan berbagai cara, termasuk money politics. Saya sendiri, sudah merasakan angin money politics ini, ujar Nanang.
Sementara itu, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Bandung yang juga anggota Fraksi Partai Demokrat (FPD), Teten Gumilar Ramayana mengaku tidak tahu ada calon yang menawari sejumlah uang. Namun demikian, dia mengaku sering diajak makan oleh parpol lain.
Kalau hanya makan-makan itu kan hal biasa. Tetapi, saya merasa belum pernah ditawari sejumlah uang oleh calon mana pun. Kalau ada yang menawari, pasti saya tolak.
Satukan kekuatan
Menyikapi adanya nuansa politik uang tersebut, Muchsin Al Fikri berharap kepada rekan-rekannya sesama anggota dewan yang tergabung dalam Kaukus Muda untuk menyatukan kekuatan. Sebab, saat ini kekuatan Kaukus Muda sedang menghadapi ujian yang sebenarnya. Konflik antara kepentingan pragmatis dengan idealisme, tidak bisa dihindarkan lagi.
Itulah sebabnya, saya mengajak rekan-rekan sesama anggota dewan untuk merapatkan barisan serta tidak terpengaruh oleh iming-iming materi atau kepentingan sesaat. Saat ini, rakyat sedang menunggu lahirnya perubahan di lembaga dewan. Perubahan itu, di antaranya tercermin dari komposisi pimpinan dewan, katanya.
Dalam pemilihan ketua dewan nanti, dua arus kekuatan diperkirakan akan saling berhadapan. Kedua kekuatan itu, Kaukus Muda yang menginginkan perubahan dan kelompok konservatif pragmatis status quo yang gerakannya sangat mungkin dibumbui permainan politik uang. (A-100)
Sumber: Pikiran Rakyat, 10 September 2004