Istri Gayus Sempat Mampir ke Batam

MILANA Anggraeni tak bisa membiarkan suaminya sendirian di negeri orang. Ia menyusul Gayus Halomoan Tambunan, suaminya itu, yang kini jadi tersangka makelar kasus pajak miliaran rupiah, dalam dua kali perjalanan ke Singapura.

Pertama, perempuan yang kerap disapa Rani itu berangkat ke Singapura pada 26 Maret lalu bersama ketiga anaknya. Hanya dua hari Rani berada di sana. Pada 28 Maret ia menuju Batam via pelabuhan laut. “Kami belum dapat informasi kapan dia kembali lagi ke Singapura,” kata juru bicara Kedutaan Besar RI di Singapura, Yayan G.H. Mulyana, kemarin.

Kemarin Rani meninggalkan Bandara Changi, Singapura, menuju Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 16.00 WIB menggunakan pesawat Lion Air. “Informasi ini diperoleh dari Imigrasi Singapura,” ucap Yayan. Sekitar dua jam sebelumnya, Gayus pulang ke Tanah Air menggunakan pesawat Garuda.

Sebelum berangkat ke Singapura, Rani mengaku sakit kepada kantornya, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta. Berdasarkan surat keterangan dari klinik gigi dan kecantikan Crendiz Clinic di Rukan Gading Park View, Kelapa Gading, Rani mesti istirahat selama lima hari sejak 25 Maret. “Dia sakit,” kata Kepala Bagian Umum Sekretariat DPRD Djatmiko seraya menunjukkan surat dokter itu.

Surat diteken oleh Drg Linda dan tiba di mejanya pada 24 Maret. Dalam surat itu tak disebutkan apa penyakit atau keluhan yang diderita Rani. Namun, kepada temannya, Neneng, yang anggota Staf Pimpinan DPRD, lewat pesan pendek Rani menyatakan sedang demam. “Saya jawab, semoga lekas sembuh. Tapi tak ada balasan,” kata Neneng. Rupanya, Rani menemui suaminya yang sejak 24 Maret berada di Singapura.

Tempo kemarin menyambangi rumah Gayus-Rani di Blok ZE 6 Nomor 1, Gading Park View. Rumah itu terlihat sepi. "Kami ingin kasus ini terbuka seterang-terangnya, sehingga tak ada pembunuhan karakter terhadap keluarga," kata Yudha, juru bicara keluarga Rani, di rumah mertua Gayus di Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara.

Gara-gara kasus menantunya itu, ibunda Rani, Ida Ayu, shocked. Dayu Permata, 54 tahun, suami Ida Ayu, pun berubah. Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI ini dikenal sebagai sosok yang ceria. “Sekarang lebih banyak diam, sering mencucurkan air mata,” ucap rekan kerja Dayu kemarin.AGOENG WIJAYA | SOFIAN | ISMA SAVITRI | CORNILA DESYANA | Martha Warta S
 
Sumber: Koran Tempo, 1 April 2010
----------------
Dari Bujukan hingga Peringatan

Malam kian larut. Satu per satu pintu kios-kios di Lucky Plaza, Orchard Road, mulai tutup. Pusat belanja itu pun kian lengang. Tapi tiga pria masih terlibat pembicaraan serius di salah satu meja di Asian Food.

Ketiga orang itu adalah Gayus Halomoan Tambunan, pegawai pajak pemilik rekening mencurigakan berisi Rp 28 miliar, anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Mas Achmad Santosa, dan Sekretaris Satuan Tugas Denny Indrayana.

“Dua jam kami meyakinkan dia,” kata Achmad di kantornya kemarin, menuturkan kejadian pada Selasa malam lalu itu.

Achmad dan Denny terbang dari Jakarta untuk menjemput Gayus, yang sedang jadi buron. Pada saat yang sama, tim dari Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI sudah berada di Singapura.

Bergantian Achmad dan Denny membujuk Gayus agar mau pulang ke Indonesia. "Jangan menunda-nunda, hadapilah realita," ujar Achmad kepada Gayus. "Kamu itu masih muda, berpikirlah untuk masa depan."

Gayus pun mulai terbuka. Dia mengakui, yang mendorong dia melarikan diri ke Singapura pada Rabu, 24 Maret lalu, adalah berita bahwa rekan usahanya, Andi Kosasih, ditetapkan sebagai tersangka.

Sepanjang pembicaraan, ketegangan tampak menyelimuti Gayus. Sepiring nasi Padang yang ia pesan tak habis disantap--masih tersisa separuh.

Sekitar pukul 23.00, Komisaris Besar Muhammad Iriawan datang. "Itu petugas, Pak," kata Gayus kepada Achmad. Raut wajah Gayus sempat tegang. “Untung suasana segera cair,” ujar Achmad.

Tak lama kemudian, mereka menyudahi pembicaraan. Gayus diajak berjalan kaki menuju Hotel Marriott, tempat Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Ito Sumardi menginap bersama timnya.

Sesampai di Marriott, Gayus disambut Ito. Gayus kembali tegang. Achmad dan Denny berusaha mencairkan suasana. Di Marriott, upaya memulangkan Gayus kembali dibahas. Atase Imigrasi Kedutaan Indonesia di Singapura pun hadir.

Atase Imigrasi berjanji mengurus surat pengganti paspor Gayus yang sudah dicabut. Tanpa paspor, Gayus kembali diperingatkan bahwa dia tak akan bisa keluar dari Singapura.

Rupanya, mengurus administrasi kepulangan Gayus tidaklah mudah. Pihak Imigrasi baru bisa memastikan Gayus bisa pulang pada Rabu, pukul 15.00. Itu pun dengan catatan, keimigrasian Singapura tidak sampai tahu paspor Gayus dicabut karena datanya dipalsukan.

Sekitar pukul 2 dinihari, Gayus meminta izin menemui istrinya di kamar 2105 Hotel Meritus Meridian. Merasa tak tenang, Achmad dan Denny memilih menguntit Gayus ke hotel tersebut. Gayus sempat memprotes, “Bapak tak percaya saya?" Achmad menjawab, “Justru saya mau melindungi kamu.”

Berjalan kaki, Achmad, Denny, dan Iriawan mengiringi Gayus. Sesampai di Meridian, Iriawan menunggu di lobi. Achmad dan Denny naik ke lantai 21.

Keesokan harinya, pemulangan Gayus berjalan sesuai dengan rencana. Gayus mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dengan pesawat Garuda GA 829, tepat pukul 15.43 WIB.

Ratusan wartawan membaur bersama warga, menanti kedatangan Gayus di terminal kedatangan 2E. Saat Gayus hendak dibawa masuk ke mobil polisi, terjadi sedikit keributan. Wartawan dan warga berdesakan ingin melihat Gayus dari dekat.

Teriakan “Huuu” dan “Pencuri” mengantar keberangkatan Land Cruiser hitam yang membawa Gayus menuju Markas Besar Kepolisian RI. Febriana Firdaus | Agoeng Wijaya | Ayu Cipta
 
Sumber: Koran Tempo, 1 April 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan