IMF Puji SBY soal Kenaikan Harga BBM; Ekonomi Indonesia Diyakini Tumbuh Kuat

Keputusan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menaikkan harga BBM sampai tiga kali lipat justru menuai pujian. Paling tidak, pujian itu dilontarkan oleh Dana Moneter Indonesia (IMF), lembaga yang pernah menjadi konsultan pemerintah Indonesia.

Chief Economist IMF Raghuram Rajan menilai, langkah Indonesia menaikkan harga BBM dan mengurangi subsidi itu semestinya diikuti negara-negara lain. Lonjakan harga minyak membuat stok terbatas di Asia. Harga minyak juga mungkin akan terus naik, ujarnya di hadapan Singapore Press Club kemarin.

Menurut dia, keputusan pemerintah Indonesia adalah langkah yang sangat tepat. Anda harus yakinkan rakyat bahwa hal ini merupakan sesuatu yang di luar kendali pemerintah. Ini sangat diperlukan untuk mencegah masalah lebih lanjut di jalanan, tutur Rajan.

Dia optimistis ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh kuat meski kenaikan BBM direspons negatif. Subsidi jelas menambah beban fiskal pemerintah. Ini dikeluhkan investor, baik domestik maupun internasional, ujarnya. Soal langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga, dia menilai wajar untuk menekan inflasi.

Menurut Rajan, sejumlah negara berkembang di Asia makin terjebak dengan pernyataan populis pemerintahnya bahwa mereka tidak mau menaikkan harga minyak begitu saja. Saat memutuskan mempertahankan harga minyak, yang jadi pertanyaan kapan itu akan berakhir, katanya. (Langkah) Indonesia akan menambah (kenaikan) PDB hingga sekitar 3,0 persen. Ini mestinya ditiru negara lain di kawasan Asia Tenggara, lanjutnya.

Pujian juga dilontarkan Wanda Tseng, Asian department deputy director IMF. Dia menilai, langkah pemerintahan SBY bijaksana dan berani. Subsidi tak dapat dipertahankan bila menghabiskan 25 persen pendapatan negara.

Tseng juga memprediksi ekonomi Asia akan tumbuh sekitar 6 persen tahun ini dan tahun depan. Tapi, baik Rajan maupun Tseng menilai harga minyak masih berisiko besar. Meski ekonomi di kawasan cukup menjanjikan, jika harga (minyak) internasional masih tinggi, dampaknya akan tetap terasa, terang Tseng.

Tseng mengakui masih terlalu dini untuk menilai efek pengurangan subsidi BBM pada perekonomian Indonesia. Tapi, menurut dia, hal itu dapat menambah keyakinan investor. Pemerintah (Indonesia) telah meletakkan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, katanya.

Persoalan energi, ungkap dia, memerlukan konservasi dan investasi. Dia menilai, Indonesia sangat kurang soal investasi di bidang minyak. Saya kira langkah ini sangat positif dilihat dari sudut pandang itu (menarik para investor, Red), ujarnya. (rtr/afp/nie)

Sumber: Jawa Pos, 6 Oktober 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan