Hadiah Palu Hakim Nonpalu
Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Mahkamah Agung seolah tak peduli dengan keberatan berbagai kelompok masyarakat di Jawa Tengah yang menolak penetapan Nana Juwana sebagai ketua pengadilan tinggi di wilayah tersebut. Aksi unjuk rasa mahasiswa dan lembaga swadaya masyarakat serta keberatan sejumlah anggota DPR setempat tak digubris sama sekali.
ana, yang dilantik di gedung MA pada Jumat, 4 Agustus 2006, melakukan serah-terima jabatan dengan Sutrisno, yang dimutasi ke Jawa Timur pada 23 Agustus lalu. Penolakan masyarakat seharusnya menjadi pertimbangan. Saat ini bukan lagi masanya segala sesuatu dari atas. Namun, aspirasi masyarakat juga harus didengar. Lalu apa bedanya dengan Orde Baru jika semuanya masih sama saja? kata Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, Eko Budihardjo.
Penolakan masyarakat tak lepas dari integritas Nana sebagai hakim yang diragukan. Sejak Desember 2005, dia dikenai sanksi bebas tugas sebagai hakim nonpalu di MA setelah bersama empat hakim tinggi Pengadilan Tinggi Jawa Barat salah menerapkan hukum atas perkara pemilihan Wali Kota Depok. Atas kasus itu, Komisi Yudisial meminta Nana diberhentikan sementara selama setahun.
Majelis Kehormatan MA pun menyatakan Nana dan kawan-kawan melanggar kode etik profesional (unprofessional conduct). Ketua Muda Pengawasan MA Gunanto Suryono ketika itu menyatakan mereka tetap menjadi hakim tapi tidak boleh menangani perkara selama satu atau dua tahun alias menjadi hakim nonpalu.
Sebetulnya, tak cuma Nana yang ditempatkan di pengadilan tinggi di Jawa Tengah. Ginalita Silitonga, yang turut bersalah dalam kasus tersebut, hijrah bersama Nana. Sedangkan Hadi Lelana, Rata Kembaren, dan Sofyan Royan telah kembali ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat meski masa hukuman mereka belum genap setahun.
Anehnya, Gunanto menilai wajar kebijakan tersebut. Memang aturannya dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 (tentang Kehakiman), hukuman cuma selama enam bulan, katanya Selasa lalu. Bahkan seorang pejabat di MA menganggap pengangkatan Nana sebagai hadiah menjelang pensiun pada akhir 2007. Kita semua tahu itu, katanya. YOPHIANDI
Sumber: Koran Tempo, 7 September 2006