Eselon Dua Jadi Incaran Rekanan; Menhan Janji Perbaiki Gaji

Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono berjanji akan lebih memperhatikan kesejahteraan pegawai eselon dua ke bawah. Mereka dinilai rawan melakukan tindakan korupsi. Selain itu, karena gajinya kurang memadai, pejabat tingkat bawah menjadi incaran rekanan.

Begitu tahu mereka butuh tambahan (pendapatan), jadi diiming-imingi imbalan di luar prosedur, ujar Juwono usai membuka Kursus Sistem Manajemen Pertahanan di kantornya, Jalan Merdeka Barat, Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, yang dimaksud pegawai eselon I adalah pejabat pada level menteri, sekretaris jenderal, dan direktur jenderal. Eselon II adalah pejabat pada level di bawahnya. Begitu seterusnya hingga eselon yang paling bawah, yakni eselon IV.

Ditanya langkah konkret untuk menyejahterakan pegawai eselon II, Juwono mengatakan ada dua strategi. Pertama, alumnus London School of Economics itu akan lebih memperketat pengawasan penggunaan anggaran di lingkungan Departemen Pertahanan.

Nanti dilihat celah-celah mana yang tidak perlu dan alokasinya dialihkan untuk kesejahteraan pegawai, katanya.

Selain itu, kata Juwono, akan dilakukan pengawasan melekat yang dilakukan inspektorat jenderal (itjen) Dephan. Koordinasinya nanti juga melibatkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, ujarnya.

Juwono mengakui, selalu ada orang-orang yang terampil dan cekatan yang bertindak di luar prosedur. Rekanan suka terhadap tipe orang seperti itu. Ke depan, sistem kita disempurnakan. Jadi, peluang untuk orang-orang ini tidak ada lagi, katanya.

Sebelumnya, Juwono pernah menyampaikan bahwa almarhum Brigjen TNI Koesmayadi termasuk orang yang cekatan dan terampil. Terutama dalam pengadaan logistik dan persenjataan.

Sementara itu, anggota Komisi I ( pertahanan, hubungan luar negeri, dan militer) DPR Untung Wahono mengatakan, eselon II hanya menjadi kambing hitam dari ketidakjelasan prosedur. Seharusnya jangan hanya yang bawahan yang ditertibkan, pejabat eselon satu juga harus dikontrol ketat, ujarnya.

Untung mengatakan, budaya jalur cepat dan kompromi dengan rekanan di luar prosedur harus diberantas mulai pucuk pimpinannya. Kalau bosnya jadi teladan yang bersih, bawahannya pasti tak berani macam-macam, katanya. (rdl)

Sumber: jawa Pos, 28 Juli 2006

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan