Dituding Terima Suap, Alex pun Curhat
"Apalah artinya seorang Alex Noerdin. Hanya gubernur yang memimpin 7 juta rakyat. Banyak orang yang lebih tinggi dari saya tapi tak bisa lepas dari jeratan hukum karena terbukti bersalah." Itulah sepenggal kalimat dari Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin saat bersilaturahmi dengan sejumlah pemimpin media massa lokal di pusat hiburan keluarga The Venues, Palembang, Sabtu pekan lalu.
Alex tiba di tempat hiburan itu sekitar pukul 8 pagi. Kunjungan kali ini serasa tak lazim: tak ada raungan sirene, rombongan pejabat yang ikut serta, dan pengawalan. Mengenakan celana panjang berwarna gelap dan batik lengan pendek, Alex hanya didampingi kerabat dekatnya, Riduan Tumenggung. Mereka terlihat santai turun dari Alphard hitam BG-1-PS, lalu masuk ke ruangan Venues.
Pertemuan yang dihadiri 25 pemimpin media massa lokal itu awalnya santai, diselingi canda tawa. Namun tiba-tiba menjadi serius manakala Alex mulai menceritakan segenap isi hatinya terkait dengan kabar yang menyebutkan bahwa dia dijatahi miliaran rupiah oleh petinggi PT Duta Graha Indah. Dalam sidang M. El Idris, Direktur Marketing PT Duta Graha, pada Rabu pekan lalu, nama Alex disebut mendapat alokasi dana fee alias jatah 2,5 persen dari proyek senilai Rp 191 miliar atau setara dengan Rp 4,7 miliar.
Alex menilai pemberitaan itu telah membunuh karakternya. Dia menegaskan tidak pernah meminta atau menerima fee dari Duta Graha selaku kontraktor wisma atlet. Alex pun meminta peserta pertemuan itu mencermati berkas dakwaan El Idris. Dia pun berujar, "Pembagian itu hanya kesepakatan internal mereka. Uang belum ada dan belum dibagikan."
Alex meminta media bijaksana menyikapi ini. Ia juga menilai pemberitaan itu membuat calon sponsor SEA Games berpikir ulang untuk ikut andil. "Padahal mereka sudah komit membantu kita," ujarnya.
Mahmud, salah seorang yang hadir dalam pertemuan, menilai pemberitaan itu masih terbilang biasa. Menurut dia, pemberitaan itu normatif dan mengikuti pemberitaan media nasional.
Alex mengatakan memaklumi pemberitaan itu. Namun ia berharap agar media tidak melupakan hakikat dari SEA Games. "Silakan media terus mengkritik agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan lebih baik," ujar Alex, menutup pertemuan. PARLIZA HENDRAWAN
Sumber: Koran Tempo, 18 Juli 2011