Dari Padang dengan Harapan [12/06/04]
MENJADI kewajiban kita semua, khususnya komunitas hukum, untuk memberi garis bawah yang tebal terhadap keberhasilan sistem peradilan pidana (criminal justice system) di Padang membawa para terdakwa koruptor ke pengadilan dan menghukumnya. Benar-benar kejadian tersebut tidak boleh dianggap kecil dan biasa, apalagi untuk sebentar kemudian dilupakan begitu saja.
DI tengah-tengah kekeringan keadilan di negeri kita sekarang ini, apa yang dilakukan pengadilan di Padang seyogianya benar-benar mendapatkan penghargaan setimpal. Maka sekarang menjadi tugas kita semualah, khususnya dunia hukum, menggelindingkan keadilan Padang itu sehingga virus Padang tersebut menyebar ke seluruh penjuru pengadilan di negeri ini.
Banyak kritik ditujukan kepada Jaksa Agung yang dianggap kurang mampu menjadikan kejaksaan sebagai tumpuan pemberantasan korupsi di negeri ini. Namun, kritik itu ternyata ditepiskan bukan oleh Kejaksaan Agung, tetapi oleh jaksa dan hakim kecil nun di Padang sana. Ternyata kecil itu tidak hanya indah, tetapi juga mampu.
Berkali-kali sudah diingatkan jangan memandang remeh orang-orang kecil, jaksa kecil, hakim kecil, karena dari mereka itu justru sering datang putusan-putusan yang mengejutkan (Mengangkat Orang-orang Baik, Kompas, 23 Mei 2003). Belum lama kita juga dikejutkan oleh putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin hakim kecil Amiruddin Zakaria, yang menghukum penjara Ketua DPR Akbar Tandjung sekalipun putusan itu akhirnya dibatalkan oleh para hakim yang lebih besar. Amiruddin Zakaria akhirnya memilih berhenti karena alasan tidak memiliki kebanggaan lagi sebagai hakim.
Tidak disetujuinya untuk memberhentikan semua jaksa dan hakim di negeri ini karena masih ada kepercayaan kepada sejumlah hakim dan jaksa baik-baik sekalipun jumlahnya sedikit. Dan ternyata harapan tersebut hari-hari ini terpenuhi.
Yang juga menarik, para kampiun keadilan itu adalah hakim-hakim kecil atau setengah besar, seperti Benjamin Mangkoedilaga, waktu itu hakim tinggi yang memenangkan majalah Tempo. Masih ada lagi hakim kecil (?) seperti Teguh Haryanto yang dengan lantang menolak l