Cendana Pilih Jalur Pengadilan

Di tengah sakitnya, Soeharto sempat bertanya kabar terakhir persidangan perdatanya.

Di tengah seruan berbagai pihak untuk memaafkan dan mencabut gugatan, mantan presiden Soeharto lebih memilih jalur pengadilan sebagai cara menyelesaikan kasus perdata yang membelitnya. Penegasan itu disampaikan pengacara Keluarga Cendana, Mohammad Assegaf, setelah menjenguk Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina kemarin.

Berbicara bersama dua pengacara Soeharto lainnya, Juan Felix Tampubolon dan Denny Kailimang, Assegaf menyatakan kondisi kesehatan penguasa Orde Baru itu tidak berpengaruh pada proses persidangan perkara perdata yang tengah berjalan. Karena itu, kata dia, tawaran penyelesaian kasus di luar persidangan, seperti yang diajukan Kejaksaan Agung, dianggap tidak ada gunanya.

Assegaf menambahkan, tawaran damai di luar sidang itu dulu pernah diajukan melalui proses mediasi. Tapi gagal, katanya. Tim pengacara Soeharto bahkan berencana mengajukan tiga saksi ahli dalam sidang lanjutan yang akan dilaksanakan hari ini di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Mereka menyatakan optimistis memenangi perkara karena tak ada yang salah dengan yayasan-yayasan Soeharto.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berbicara di kediaman pribadinya di Cikeas meminta semua pihak menghentikan polemik mengenai status hukum Soeharto. Ia menyatakan pemerintah akan menyelesaikan perkara itu pada saat yang tepat.

Beberapa pihak lain bahkan lebih tegas mengusulkan agar pemerintah mencabut gugatan perdata, setelah dalam kasus pidana, Kejaksaan Agung juga menghentikan segala tuntutan. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi adalah salah satu orang yang setuju Soeharto dimaafkan.

Yang terakhir, seruan serupa kemarin disampaikan mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais. Berbicara di Yogyakarta bersama dua politikus Partai Amanat Nasional, Dradjad Wibowo dan Tjatur Sapto Edi, Amien mengatakan pertimbangan memaafkan dan menghentikan semua kasus Soeharto itu semata-mata berdasarkan landasan moral.

Menurut Amien, kesalahan Soeharto selama berkuasa tidak lepas dari kesalahan kolektif semua pihak. Lagi pula, menurut dia, Pemberian maaf ini penting untuk mempermudah Pak Harto. Karena beberapa kali saya menemui orang sakratulmaut begitu lama karena dia masih mempunyai beban di dunia ini.

Di tengah ramainya perdebatan itu, mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Haryono Suyono, yang kini mengelola yayasan-yayasan Soeharto, memastikan bekas presiden itu masih mengikuti perkembangan kasusnya. Bahkan, kata dia kemarin, hingga terbaring lemah di rumah sakit pun Soeharto masih sempat menanyakan soal ini.

Kalau saya tidak salah, hari itu Selasa, bertepatan dengan digelarnya sidang gugatan perdata terhadap Yayasan Supersemar, kata Haryono. Dalam kondisi yang setengah sadar dan tidak sadar, juga dengan nada bicara yang memang sudah terputus-putus, dia mempertanyakan perihal kabar terakhir sidang perdatanya.

Dan Haryono pun mengatakan kepadanya bahwa semuanya berjalan dengan baik. Kami selaku orang terdekatnya selalu memberikan semangat. Tidak ada yang bisa disalahkan. TOMI | NUR ROCHMI | MUH SYAIFULLAH | SANDY INDRA

Sumber: Koran Tempo, 15 Januari 2008

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan