Busyro yang Sangat Kredibel Jadi Yudistira
Ketika menawarkan posisi Ketua Komisi Kejaksaan kepada aktivis antikorupsi dan hak asasi manusia, Bambang Widjojanto, di halaman Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 26 November 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono antara lain mengatakan, Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto adalah tokoh yang sangat kredibel.
Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas dipilih Komisi III DPR menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bambang tidak terpilih.
Dengan terpilihnya Busyro, lowongan Ketua KPK yang kosong karena Antasari Azhar masuk tahanan terisi.
Terpilihnya Busyro mengingatkan suasana ketika Antasari mulai bekerja sebagai Ketua KPK. Gambaran suasana itu bisa kita lihat dalam buku tulisan Anas Urbaningrum terbitan tahun 2009 berjudul Bukan Sekadar Presiden - Daya Gugah SBY sebagai Seorang Pemimpin.
Di halaman 54 buku itu, antara lain, dikatakan begini. Antasari Azhar, Bibit Samad Rianto, Mochammad Jasin, Haryono Umar, dan Chandra M Hamzah merupakan Pandawa Lima KPK yang meneruskan hasil kerja yang telah dirintis Taufiequrachman Ruki. Genderang perang terhadap koruptor terus bertabuh. Manuver-manuver politik para pembela kaum koruptor pun kian mudah terbaca publik.
Caci maki, ancaman, dan fitnah tidak menyurutkan tekad Pandawa Lima untuk menegakkan hukum. Belakangan memang Antasari Azhar diterpa masalah. Akan tetapi, KPK ternyata dan terbukti tetap berjalan normal menjalankan tugas seperti biasa. SBY tidak merasa gentar sedikit pun oleh tuduhan orang yang menganggap pemerintahnya hanya tebar pesona. Begitu kata Anas.
Ternyata, perjalanan Pandawa Lima KPK sampai pada terpentalnya Yudistira. Dalam epos Mahabharata, orang pertama dalam Pandawa Lima adalah Yudistira atau Semiaji.
Kini tokoh Yudistira tidak lagi diperankan oleh Antasari. Dalam waktu satu tahun, mulai sekarang, Busyro Muqoddas akan menjadi Yudistira.
Tokoh Petisi 28, Haris Rusly, telah melontarkan kecaman kepada Sang Yudistira. Kita lihat apa yang akan terjadi selama satu tahun mendatang ini. Akan terjadi tragedi apa lagi. (J Osdar)
Sumber: Kompas, 30 November 2010