Busyro Akan Lebih Nekat Ketimbang Koruptor

Busyro Muqoddas, salah satu dari dua calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi yang lolos dari Panitia Seleksi Calon Pemimpin KPK, mengaku telah mempersiapkan keberanian yang besar untuk menjadi Ketua KPK. Persiapan itu dilakukan karena sejak awal ia telah bertekad memberantas siapa pun yang melakukan korupsi. Busyro juga menyadari bahwa para koruptor cenderung berani dan nekat.

"Koruptor itu berani dan nekat. Sebab itu, siapa pun yang duduk di kepolisian, kejaksaan, atau KPK harus memiliki keberanian dan kenekatan yang lebih dari koruptor," ujar Busyro saat dihubungi Tempo kemarin. Selain Busyro, satu lagi calon pemimpin KPK yang lolos panitia seleksi dan akan menghadapi uji kelayakan di Dewan Perwakilan Rakyat adalah Bambang Widjojanto.

Busyro yakin Dewan nanti akan memilih satu dari dua calon yang diajukan pemerintah untuk mengisi salah satu kursi pemimpin KPK yang kosong setelah ditinggalkan Antasari Azhar. Alasannya, KPK dan DPR memiliki komitmen yang sama dalam memberantas korupsi. "Saya yakin teman-teman di DPR akan memilih satu di antara kami,” kata Busyro. “Sebab, DPR juga berkomitmen memberantas korupsi."

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, itu mengaku siap jika nanti DPR memilih Bambang. Sebab, ia mengenal Bambang sebagai orang yang berintegritas tinggi, memiliki rekam jejak yang bersih, dan punya komitmen yang kuat dalam memberantas korupsi. "Saya tidak akan merasa kalah jika Bambang yang terpilih,” kata Busyro. “Ini kemenangan bagi pemberantasan korupsi.”

Dukungan terhadap Bambang, antara lain, ditunjukkan oleh Trimedya Panjaitan, anggota Komisi Hukum DPR dari PDI Perjuangan. Ia mengisyaratkan, fraksinya akan memilih calon pemimpin KPK yang bukan merupakan titipan dari pemerintah. Meski tidak menyebutkan nama, arahnya ditujukan kepada Bambang Widjojanto, mantan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. "Saya pernah sama-sama di LBH, jadi tahu," ujar Trimedya. FEBRIYAN | EKO ARI WIBOWO | DWI WIYANA
 
Sumber: Koran Tempo, 30 Agustus 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan