BPK, Ketaatan dan Integritas Auditornya

Dugaan penyuapan yang dilakukan oleh tokoh Komisi Pemilihan Umum Mulyana W Kusumah kepada auditor Badan Pemeriksa Keuangan Khairiansyah Salman sangat melukai hati nurani masyarakat jika itu benar. Peristiwa terjebaknya Mulyana oleh perangkap yang dipasang oleh Khairiansyah bersama Komisi Pemberantasan Korupsi tersebut semakin memperkuat opini yang berkembang bahwa gurita korupsi telah melilit-lilit dan merasuk ke seluruh lapisan masyarakat negeri ini.

Tak terbayangkan sebelumnya kalau seorang dosen, tokoh masyarakat, ilmuwan, dan aktivis terkenal sekaliber Mulyana benar-benar melakukan penyuapan. Padahal, seharusnya dia menjadi tokoh panutan. Kepercayaan publik semakin terperosok ke jurang yang paling dalam.

Untung saja, di sisi lain muncul fenomena aneh ketika seorang auditor melaporkan upaya penyuapan terhadap dirinya kepada KPK. Sepintas hal ini sedikit mengembuskan angin segar di tengah- tengah keraguan dan sikap pesimistis masyarakat terhadap keseriusan upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Peristiwa ini dikatakan aneh karena terjadi di tengah-tengah terpuruknya citra auditor saat ini. Auditor di negeri ini sering dicitrakan sebagai tukang sulap, baik untuk menyulap laporan keuangan, bukti-bukti, maupun laporan hasil audit. Tentu saja si tukang sulap mendapat imbalan atas hasil kerjanya. Selain menghasilkan banyak auditor hebat, negeri ini juga melahirkan banyak auditor nakal bermental amplop.

Setidaknya ada dua pilar utama yang harus dijaga oleh seorang auditor, yaitu ketaatan (compliance) dan integritas. Dengan menjaga dua pilar tersebut, berarti seorang auditor ikut serta berperan membangun masyarakat beretika bisnis. Ketaatan saja tidak cukup. Integritas saja juga kurang, harus dua-duanya. Berprofesi sebagai auditor berarti bertugas sebagai penjaga ketaatan dan integritas sekaligus. Kepercayaan masyarakat akan terpuruk ketika pilar-pilar itu runtuh.

Ketaatan
Apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang auditor BPK bila ada upaya penyuapan? Jawabannya harus kembali pada code of conduct auditor di BPK, yaitu pedoman tindakan yang dimiliki instansi pemeriksa tersebut sekaligus pedoman bagi anggota organisasi BPK dalam menjalankan tugasnya. Ketiadaan atau kekurangan pemahaman terhadap code of conduct akan memicu beragam penafsiran terhadap tindakan yang dilakukan oleh para auditor BPK ketika berada di lapangan. Kerancuan penafsiran sangat mungkin terjadi karena nilai-nilai organisasi di BPK bisa saja tidak sama dengan nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing individu auditornya.

Meskipun upaya penyuapan tampaknya sudah jelas, yang sebenarnya terjadi di balik itu masih sangat kabur dan tidak sesederhana itu. Tak pelak lagi tindakan Khairiansyah telah menimbulkan kontroversi. Sebagian masyarakat sangat memuji tindakan sang auditor, bahkan menganggapnya sebagai pahlawan. Namun, benarkah dia seorang pahlawan?

Tampaknya bukan, paling tidak bagi Ketua BPK Anwar Nasution. Buktinya, Ketua BPK itu tampak sangat berang dengan tindakan auditornya itu. Bahkan, Anwar Nasution mengatakan Khairiansyah sebagai kampungan dan pahlawan kesiangan. Konon, sanksi pun akan segera menimpa sang auditor BPK itu.

Berkembangnya kontroversi terhadap tindakan Khairiansyah telah menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap code of conduct seorang auditor di BPK, padahal itulah jantung dari ketaatan. Bagaimana mungkin, seorang Ketua BPK bisa tidak mengetahui adanya kasus penyuapan yang tergolong besar ini. Apakah Khairiansyah lebih suka melapor kepada KPK ketimbang melaporkan dan mendiskusikan dengan atasan di instansinya sendiri? Kalau auditor BPK itu tidak melaporkan peristiwa penyuapan itu kepada atasannya, jelas saja Ketua BPK berhak murka.

Bisa saja Khairiansyah dianggap tidak tahu prosedur atau bahkan menyalahi code of conduct yang dianut di BPK meskipun dia telah taat melaksanakan prosedur audit dalam pekerjaannya. Tak mengherankan bila Khairiansyah tidak mendapat dukungan dari atasannya, apalagi dari institusinya. Sang pemeriksa akhirnya diperiksa oleh instansinya sendiri. Sungguh ironis dan membuat posisinya sangat terjepit.

Integritas
Ketaatan seorang auditor terhadap code of conduct haruslah didukung oleh integritasnya yang tinggi. Mengapa? Karena code of conduct tidak dapat memuat semua pedoman tindakan. Di sinilah integritas seorang auditor dipertaruhkan. Para auditor menghadapi begitu banyak godaan dan ancaman dalam menjalankan tugasnya. Modus penyuapan pun sangat beragam dilakukan oleh sang auditee yang meminta auditor untuk menyulap hasil auditnya. Apa yang terjadi kalau seorang auditor tidak memiliki integritas?

Integritas terhadap profesi penjaga kepercayaan masyarakat inilah yang paling penting dipertahankan oleh sang auditor di tengah-tengah upaya penyuapan yang menggunakan beragam modus, baik halus maupun kasar. Tindakan yang sudah jelas-jelas tertuang pada code of conduct masih tergolong mudah untuk dipatuhi, tetapi hal-hal yang masuk wilayah kelabu sungguh merupakan perjuangan tersendiri bagi seorang auditor untuk mematuhi.

Di sinilah integritas seorang auditor BPK sedang diuji. Apakah Khairiansyah memang benar-benar memiliki integritas yang tinggi? Kontroversi pun merebak luas di masyarakat. Ada kelompok masyarakat yang mengacungkan jempol untuk integritasnya yang tinggi karena auditor BPK itu tidak mau menyulap hasil auditnya dan menolak upaya suap uang ratusan juta rupiah kepada dirinya. Namun, kelompok masyarakat lainnya justru mempertanyakan dan meragukan integritas sang auditor BPK yang menghebohkan itu. Mereka menaruh kecurigaan jangan-jangan tindakan auditor BPK itu merupakan hasil rekayasa atau mengemban pesanan khusus dari pihak-pihak tertentu. Khairiansyah pun dicurigai sengaja menjebak Mulyana. Kalau hal itu yang terjadi, sudah jelas integritasnya sebagai auditor BPK sangat memprihatinkan.

Masyarakat tak sabar menunggu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah Khairiansyah memang tergolong seorang auditor yang taat dan memiliki integritas yang tinggi pada profesinya sehingga KPK bisa membongkar dugaan korupsi di KPU yang lebih besar lagi? Atau, auditor BPK itu hanyalah seorang auditor kampungan yang ingin menjadi pahlawan kesiangan seperti yang dikatakan oleh atasannya sendiri, Anwar Nasution. Kita lihat saja.(Bambang Tjahjadi Akuntan, Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Tinggal di Surabaya)

Tulisan ini diambil dari Kompas, 20 April 2005

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan