BIN Ada di Mana-mana; Calon Pimpinan KPK dari Polisi Akui Punya Firma Hukum
Saut Situmorang, salah seorang calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, mengakui kalau Badan Intelijen Negara atau BIN ada di mana-mana. Menurut Saut, ini sesuai dengan filosofi BIN, yaitu jika ada sebuah pintu, ada angin di sana, maka di sana ada BIN.
Saut Situmorang, selain menjadi dosen di Universitas Indonesia, juga salah seorang pejabat di BIN. Sementara itu, calon lain, yaitu Sudirman Ail, mantan Kepala Polda Jawa Barat, memiliki firma hukum yang juga menangani klien yang tersangkut perkara di KPK.
Pengakuan ini muncul saat para calon pimpinan KPK ini diwawancara secara terbuka oleh Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK di Jakarta, Rabu (5/9). Kemarin adalah hari terakhir dari tiga hari proses wawancara terbuka yang dilakukan Pansel terhadap 26 calon pimpinan KPK.
Sekretaris Pansel Gunawan Hadisusilo menanyakan kepada Saut tentang kecurigaan masyarakat tentang penyusupan karena ia berasal dari BIN.
Saut menjawab, dirinya sudah 20 tahun bekerja di BIN dan mendapat penghargaan dari Presiden 17 Agustus lalu. Selama 20 tahun bekerja, ia mendalami komponen strategis.
Jadi, kalau (misalnya) hari ini saya di Belawan mengamati pukat yang menekan nelayan kecil, nanti malam saya sudah bicara dengan gubernur soal bagaimana Ketua Golkar hari ini. Besok saya sudah berada di depan Gedung DPRD mencatat sejumlah poster yang disampaikan orang, kata Saut.
Ia melanjutkan, akumulasi komponen strategis selama 20 tahun yang ia peroleh bisa membantunya menangani korupsi.
Walaupun ada penilaian BIN dicurigai melakukan penyusupan, ya memang itu BIN, harus ada di mana-mana. Filosofinya, di situ ada pintu, ada angin, maka ada kami, kata Saut.
Daniel Sparingga, anggota Pansel, menanyakan motif Saut melamar jadi pimpinan KPK. Apakah Anda melamar karena Anda saat ini belajar manajemen strategis atau karena Anda BIN, atau Anda punya obsesi pribadi?
Saut menjawab, Kalau sekelompok tikus yang terancam pada awalnya oleh seekor kucing, maka tikus-tikus itu bersepakat menggantungkan lonceng di leher si kucing supaya tahu ke mana kucing pergi dan tikus-tikus itu selamat. Persoalannya, siapa yang harus menggantungkan lonceng di leher kucing dengan risiko dicakar. We have to do something. Saya hanya bisa menjawab itu, saya harus melakukan itu.
Ichlasul Amal, anggota Pansel, menanyakan soal jabatannya sebagai Direktur PT Indonesia Cipta Investama. Saut mengatakan, perusahaan itu sebenarnya hanya untuk tutup (cover, penyamaran) saja. Saut mempertegas, tidak ada proyek yang ditanganinya.
Sudirman Ail, mantan Kepala Polda Jawa Barat yang juga menjadi salah satu calon, membenarkan kalau ia punya firma hukum Ail and Amir meski belum memiliki lisensi advokat. Saat ditanya anggota Pansel, Mas Achmad Santosa, apakah firmanya menangani klien yang tersangkut perkara di KPK, Sudirman membenarkan.
Komaruddin Hidayat, anggota Pansel, meminta Sudirman menceritakan peristiwa yang paling tidak enak dalam hidupnya. Sudirman bercerita, pertama saat ia menangani kerusuhan Tasikmalaya, padahal ia baru tiga hari menjadi Kepala Polwil Garut. Kedua, ketika gagal menjadi Kepala Polri. Saya menghibur diri, kalau jabatan puncak di kepolisian adalah bintang dua, kata Sudirman.
Sementara itu, calon dari BPK, Surachmin, bercerita soal lingkungan kerjanya. Kata Surachmin, banyak orang yang diperiksa membawa uang berkarung-karung untuk menyogok auditor. (VIN)
Sumber: Kompas, 6 September 2007