Bersih2014.net, Portal Caleg Bersih Layak Pilih

Bersih2014.net adalah portal calon legislatif layak pilih yang diseleksi bersama oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat sipil, yaitu: KontraS, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PHSK), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Konsorsium Pembaruan Agraria, Transparansi Internasional Indonesia (TII), dan Indonesia Corruption Watch. Bersih 2014 mendukung para caleg bersih dari berbagai partai ini dapat memenangkan kursi pemllu legislatif, untuk mewujudkan cita-cita mereka bagi masyarakat—tentunya tanpa korupsi.

Calon-calon legislatif yang tercantum dalam bersih2014.net adalah mereka yang telah disaring dengan berbagai macam kriteria, seperti: pro lingkungan, pro hak asasi manusia, pro kesetaraan gender dan membela hak-hak perempuan, pro buruh, dan pro pemberantasan korupsi. Para caleg ini bertarung di semua tingkatan: mulai dari Dewan Perwakilan Rakyat, hingga DPRD Tingkat I dan II.

Tim seleksi juga menelusuri rekam jejak para caleg. Mereka yang tak jelas data dirinya, kerja dan kontribusinya sebelum nyaleg, tak jelas keberpihakannya pada rakyat, sudah pasti tak akan lolos masuk daftar ini.

“Selama ini kita bisa lihat pernyataan-pernyataannya, sikapnya, track record-nya (para caleg),” ujar Koordinator KontraS dalam konferensi pers Bersih 2014 di kantor KontraS, Jakarta (1/4).

“Kedaulatan rakyat tidak hanya diselesaikan lewat pemilu, tapi pasca pemilu orang-orang tetap bisa menagih,” tutur Iwan dari Konsorsium Pembaruan Agraria. Menurutnya, apabila para caleg bersih ini lolos ke parlemen, masyarakat bisa mengorganisasikan kepentingan-kepentingannya pada parlemen dengan lebih terukur dan lebih baik.  

Masyarakat ingin tahu caleg mana yang layak dipilih

Setelah diluncurkan pada 23 Maret 2014, dalam seminggu bersih2014.net telah dikunjungi 5,8 juta pengguna dan jumlah ini terus meningkat secara berkelanjutan. Rupanya, animo masyarakat lumayan tinggi untuk mengetahui caleg-caleg mana yang bersih dan layak dipilih dalam pemilu legislatif pada 9 April 2014.

Bersih 2014 mulai digagas sejak akhir 2013. Kes Tuturoong dari Indonesia Corruption Watch menyatakan dalam beberapa minggu terakhir, bersih2014.net sempat melambat karena kunjungan \ke website terlampau berat.

“Yang paling banyak dicari daftar calegnya,” kata Kes.

Iwan menyatakan mendukung para caleg bersih agar agenda-agenda masyarakat sipil dapat diperjuangkan nantinya di dewan perwakilan rakyat. 

“Karena kita ada track record mereka dulu selama sebelum nyaleg, dan kita punya alat tagih,” kata Iwan.

“Nama-nama yang kita dukung, sesungguhnya upaya kita untuk memberi referensi pada pemilih, supaya demokrasi kita punya ukuran untuk lebih baik di masa datang,” kata Iwan lagi.

Ukuran-ukurannya, lanjut Iwan, adalah ketika para kandidat terpilih, mereka membikin gerakan yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan pokok selama ini, terutama soal pertanian dan pertanahan. Menurut Iwan, selama ini masyarakat banyak kehilangan ha katas tanah karena hutan-hutan dibuka sebagai lahan usaha.

Iwan berharap kalangan pemilih di pedesaan mampu melihat bahwa ada rekan-rekan yang mendukung mereka dalam urusan agraria. Iwan menyadari konflik soal tanah dan lahan timbul antara lain akibat perizinan yang berkaitan erat dengan korupsi dan suap.

“Tahun lalu, beberapa puluh orang mati karena konflik agraria. Nama-nama (caleg) yang kami kasih, yang punya track record di penyelesaian konflik agraria. Ini jadi alat tagih bagi masyarakat,” tutur Iwan lagi.

Mengapa mencalonkan diri

Kusnaeni, Caleg DPRD Tingkat II dari Partai Demokrat untuk Daerah Pemilihan Bekasi, yang turut hadir dalam konferensi pers ini, menyatakan rasa terima kasihnya atas dukungan Bersih 2014.

Ia menyatakan motivasinya terjun nyaleg adalah perasaan resah selama bertahun-tahun melihat banyak persoalan di lingkungannya, yang dibiarkan tanpa teratasi.

“Mungkin dengan saya berperan di situ bisa membenahi,” ungkapnya. Menurutnya, sebelum nyaleg, seseorang harus “matang dulu”. Itulah sebabnya, ia memulai dari bawah, dari Dewan Perwakilan Daerah Tingkat II.

“Ketika saya memutuskan masuk politik, saya tidak membayangkan karier saya berakhir di Rutan KPK. Saya melihat dulu, mana yang paling baik bagi saya dan keluarga,” ujar Kusnaeni.

Ia menceritakan pengalamannya selama beberapa pekan terjun di lapangan, bahwa politik uang dan jual beli luar biasa di akar rumput.

“Tingkat persaingan paling keras dan kasar itu di Kecamatan, DPRD Kota. Bisa merasakan langsung politik uang itu masih sangat mendominasi,” ujarnya prihatin.

Ia mengaku bahwa upayanya bersosialisasi sebagai calon anggota dewan seringkali “terhapus hujan sehari”.

“Hujan sehari itu adalah adalah caleg yang janji membangun mushala, membangun jalan, seperti itu,” tuturnya.

Maka, dukungan dari Bersih 2014 dan jariungu sangat berarti bagi caleg “seperti saya, dengan kemampuan finansial terbatas untuk beriklan di media”.

“Inilah referensi bagi pemilih yang melek informasi dan punya akses ke internet untuk tahu bahwa ada caleg seperti saya,” katanya lagi.

Idham Arshad, caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa Daerah Pemilihan Bogor menyatakan bahwa kehadiran Bersih 2014 merupakan usaha memperbaiki demokrasi Indonesia.

Ia  mencontohkan bahwa Undang-Undang Desa yang baru disahkan beberapa waktu lalu, tak semua partai berminat membahasnya.

“Tapi ketika sudah jadi, dijadikan alat kampanye,” ujar Idham.

Menurutnya, serorang anggota dewan haruslah berpihak pada rakyat, terutama masyarakat kecil, dan menyumbang bagi perbaikan demokrasi.

Idham mengatakan bahwa tantangan terberatnya adalah melawan situasi pemilih. Sebab, ada dua hal yang mearnai wajah pemilih hari ini, yaitu apatisme dan pragmatisme.

“Mengapa dia apatis, karena mereka tidak melihat ada hubungan antara kesejahteraan mereka dengan ritual pemilu. Dari pemilihan kepala desa sampai pemilihan presiden, dipilih langsung, tapi tetap saja dia miskin. Akhirnya, dia jadi pragmatis: ‘mumpung ada kesempatan, kita ambil saja duitnya,’” kata Idham.

Selain berkampanye, kata Idham, ia juga rajin melakukan pendidikan politik pada konstituen. Ia tak mendatangi semua orang, namun ia mengaku hampir semua konflik agraria di Bogor tidak ada yang ia lewatkan. Idham menyatakan bahwa upayanya mencalonkan diri hanyalah lanjutan dari perjuangannya selama 15 tahun di bidang konflik lahan dan tanah.

Idham juga menekankan, haram membeli suara pemilih. “Haram bagi saya untuk membeli suara Ibu Bapak hanya Rp 20 ribu. Karena kami ke sini karena untuk berjuang, karena kita punya kasus.”

Aulia Prima Kurniawan, Caleg dari Partai Amanat Nasional Dapil 1 Jakarta Timur menyatakan bahwa ada batasan-batasan bagi dirinya untuk memberi toleransi pada partai, jika suatu saat idealismenya berseberangan dengan kehendak partai.

“Kalau saya sampai masuk DPR RI, tidak ada yang bantu saya. (Kecuali) orang-orang yang mendonasikan sebagian rezekinya untuk saya. Dia yang buka hati supaya orang-orang yang ngobrol sama saya mau dukung saya. Karena kita tidak pakai duit,” akunya.

Aulia juga menyatakan hidupnya tak berakhir andaikata ia tak lolos ke parlemen. Selama 18 tahun, ia menekuni dunia konsultansi bisnis teknologi. Saat nyaleg, ia melepaskan para kliennya.

“Kalau saya tidak masuk, nanti saya kerja lagi ya…” ujarnya menirukan ucapannya pada para klien yang ditinggal nyaleg.

Haris Azhar menyatakan Bersih 2014 dapat dimanfaatkan sebagai alat panduan dan rekomendasi saja.

“Kalau Anda mau cari yang bersih, bisa. Kami bikin panduannya juga. Kalau Anda tanya 72 caleg bersih, apa signifikan? Tidak signifikan. Tapi kami ingin memberi alternatif,” ujarnya.

Almas Sjafrina, Peneliti Bidang Korupsi Politik ICW menyatakan ICW tak berhenti mengampanyekan caleg-caleg yang tidak punya komitmen di pemberantasan korupsi, disamping mendukung yang ICW anggap berintegritas.

“Kami juga membuat pemantauan di 15 provinsi untuk politik uang,” ujarnya. ICW juga mendorong Gerakan Bersih 2014 di daerah-daerah lain, dengan bantuan jaringan masyarakat sipil di masing-masing daerah.

“Karena keterbatasan, kami tidak banyak tahu caleg bersih di daerah. Maka teman-teman daerah membantu dan cari tahu, atau menyebarkan lina panduan untuk memilih caleg bersih,” ujar Almas merujuk panduan yang dapat dibaca di bersih2014.net, jika di daerah tertentu tak terdapat caleg bersih yang terdaftar dalam website bersih2014.net.

Gita Putri Damayana, peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan mengakui bahwa mendorong orang aktif memilih tidaklah cukup.

“Tapi juga jadi pemilih yang kritis. Orang yang akan dipilih telah melakukan apa saja?” ujarnya.

Peneliti Bidang Korupsi Politik ICW Abdullah Dahlan menyatakan bahwa caleg bersih yang layak dipilih adalah mereka yang tidak pernah melakukan politik uang, tidak pernah terkait kasus korupsi,dan tidak pernah melakukan pelanggaran etika. 

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan