“Berpolitik Tanpa Korupsi” Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2017

Foto: Dok. ICW
Foto: Dok. ICW

Antikorupsi.org, Jakarta, 14 Desember 2017 – Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2017 diperingati setiap 9 Desember. Pada tahun ini, Indonesia Corruption Watch (ICW) memperingati Hakordia dengan serangkaian acara yang dikemas secara kreatif dan edukatif. Hakordia bertema “Berpolitik Tanpa Korupsi” dipilih dalam rangka menyambut tahun politik 2018 yang akan menyelenggarakan Pilkada Serentak gelombang ketiga dan dimulainya kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres)

Pantauan ICW menemukan sebanyak 350 kepala daerah tertangkap melakukan korupsi selama tahun 2004-2016. Hal ini menunjukkan bahwa kaderisasi yang dilakukan partai politik mengalami kegagalan. Permasalahan mendasar yang menjadi faktor penyebab hal tersebut terjadi adalah partisipasi warga yang pasif. Tak banyak yang merasa terganggu dengan praktek politik uang untuk kemudian mendorong warga terlibat dalam penyelesaian masalah tersebut.

Hakordia 2017 menjadi momen yang relevan untuk mengajak publik berpartisipasi dalam mengawasi penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018 agar tak terus sarat akan korupsi. Selain itu, momen tersebut juga menjadi peringatan bagi para pihak yang terlibat dalam Pilkada, yang dapat mengintervensi proses pemilu, agar tak melakukan praktek-praktek koruptif dalam penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018. Hakordia bertema “Berpolitik Tanpa Korupsi” diharapkan dapat menjadi pesan penting dalam pagelaran kontestasi elektoral tahun depan. Adapun rangkaian acara Hakordia dilaksanakan sejak 5 Desember hingga 9 Desember 2017.

Pada rangkaian pertama Hakordia, dilaksanakan diskusi dan launching buku berjudul “Mengajar Untuk Perubahan” pada 5 Desember 2017 bertempat di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Buku ini ditulis oleh komunitas guru seperti Serikat Guru Tangerang, Forum Guru Pandeglang, dan Serikat Guru Lebak, yang kemudian bergabung dalam Koalisi Guru Banten. Buku ini adalah hasil dari pendampingan dan perorganisasian guru-guru yang pada mulanya sebagai bagian dari upaya membangun gerakan antikorupsi di sektor pendidikan.

Pendampingan dan pengorganisasian yang dilakukan dengan mendorong guru-guru bereksperimen dengan membuat praktek kelas yang baik, merekam, dan menuliskannya dalam sebuah artikel praktek pembelajaran secara naratif. Kemudian semua artikel dikumpulkan menjadi satu buku berjudul “Mengajar Untuk Perubahan”. Adapun kelebihan dari buku ini adalah dari segi substansi maupun teknis penulisan melampaui apa yang ditulis jurnalis professional yang meliput pendidikan. Apalagi sebagian besar penulisnya adalah guru-guru yang berada di pinggiran.

Rangkaian kedua Hakordia adalah workshop karya seni berjudul “Kerajinan Tangan Tanpa Korupsi”. Workshop yang dilaksanakan pada 7 Desember 2017 di Jakarta Creative Hub membagi kelas menjadi 4, yaitu Kelas Kolase, Kelas Komik Strip, Kelas Stencil, dan Kelas Hand Lettring. Masing-masing kelas ini pun diisi oleh pemateri handal, seperti Kelas Kolase diisi oleh Ika Vantiani, Kelas Komik Strip diisi oleh Azer, Kelas Stencil diisi oleh Ami, dan Kelas Hand Lettering diisi oleh Millart.

Para peserta workshop adalah masyarakat umum yang mayoritas adalah mahasiswa. Setelah mengikuti kelas diskusi “Korupsi dan Politik di Indonesia”, para peserta dibagi sesuai ketertarikannya mengikuti kelas workshop. Karya peserta workshop yang beraneka ragam kemudian dipamerkan di KPK dan Kemang.

Rangkaian ketiga Hakordia adalah refleksi pemberantasan korupsi dan pameran karya seni. Refleksi pemberantasan korupsi selama setahun terakhir digelar dalam bentuk orasi pada 8 Desember 2017 di halaman Gedung KPK. Orasi diisi oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Merah Johansyah dari Jaringan Tambang (Jatam) Nasional, Anita Wahid, mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto, Alghiffari Aqsa dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Feri Kusuma dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), dan perwakilan buruh dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI).

Rangkaian terakhir Hakordia adalah puncak perayaan Hari Antikorupsi Sedunia dan Penganugerahan Karya Jurnalistik Antikorupsi (AKJA) 3. Puncak Hakordia dan AKJA dilaksanakan pada 9 Desember 2017 bertempat di Kemang 89. Puncak Hakordia sekalian AKJA ini adalah bentuk apresiasi kepada media yang selama ini sudah sangat membantu kerja-kerja kampanye antikorupsi. Berbentuk lomba yang dibagi menjadi empat kategori yaitu foto jurnalistik, laporan mendalam atau investigasi, karikatur atau komik strip, dan audio visual jurnalistik didapatkan 8 nominasi dan 4 pemenang. Mereka berasal dari berbagai media seperti Seputar Indonesia (Sindo), Antara, Kompas, The Jakarta Post, Harian Indopos, Harian Suara Merdeka Semarang, Tempo, Pontianak Post, MetroTV News, CNN Indonesia TV, dan Trans 7.

Rangkaian Hakordia telah berakhir dengan berhasil mengajak masyarakat umum bersama-sama memperingati Hari Antikorupsi Sedunia. Akan tetapi pesan Bambang Widjojanto dalam orasinya di halaman Gedung KPK pun patut terus diingat, yakni “Janganlah peringatan ini hanya sekedar menjadi festival perayaan biasa, namun jadikan peringatan ini menjadi momentum perubahan kita untuk berkomitmen antikorupsi”.*** (Dewi)

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan