Bejo Siswo Mulyono; Tukang Becak yang Menjadi Terlapor Kasus Dugaan Money Politics [13/07/04]

Pemilu Legislatif Bela PDIP, Pilpres Simpatisan SBY

Sehari menjelang pelaksanaan pilpres putaran pertama lalu, nama Bejo menjadi buah bibir. Penyebabnya, setelah digebuki, dia dilaporkan ke Panwaslu karena diduga melakukan aksi money politics. Bagaimana ceritanya kader PDIP ini sampai menyeberang menjadi simpatisan SBY saat pilpres putaran pertama lalu?

Orangnya berkulit hitam dengan rambut ikal. Tinggi dan perawakannya pun sedang. Ketika ngobrol dengan koran ini, luka-luka di sekitar mata kirinya sudah mulai sembuh. Luka lebam akibat bogem mentah mulai hilang. Penutup lukanya pun sudah dilepas.

Itulah sekelumit gambaran penampilan keseharian Bejo Siswo Mulyono, 42, warga Losari RT 04/03, Semanggi, Pasar Kliwon. Ternyata, nasibnya tidak sebejo namanya. Dalam beberapa hari belakangan ini nama Bejo jadi pembicaraan. Pasalnya, Bejo diduga melakukan aksi bagi-bagi uang pada malam menjelang coblosan pemilihan presiden (pilpres) lalu.

Ketika koran ini mulai menyinggung kasus tersebut, raut muka Bejo berubah. Lantas, dia mengatakan enggan berkomentar soal kasus itu. Saat ini, Bejo mengaku hanya bisa pasrah terhadap Panwaslu yang menangani kasus tersebut.

Maaf mas, saya tidak mau berkomentar masalah itu lagi. Daripada salah dan menambah runcing suasana. Bicara masalah lain saja. Kalau saya bicara, pasti ada yang suka dan ada yang tidak, ujarnya dengan raut muka tak berubah dan buru-buru berdiri.

Koran ini pun lantas digiring keluar ke masalah lain. Baru dia mau duduk kembali. Koran inipun memulai dengan pertanyaan lain. Kabarnya, Pak Bejo dulu anggota PDIP?

Tanpa sungkan dan malu-malu, Bejo mengiyakan pertanyaan. Dia menuturkan, kalau sudah mendapat Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP Solo. Hanya saja KTA itu diminta kembali sejak mencuatnya kasus tersebut. KTA itu sudah diminta kembali saat ada kasus ini seminggu lalu, kata suami Saminah tersebut.

KTA PDIP itu, kata Bejo, didapatnya menjelang pemilu legislatif lalu.

Lho KTA-nya PDIP, kok tidak mendukung Megawati yang menjadi capres dari PDIP? Ditanya soal ini, beberapa saat Bejo diam. Dia lantas bertutur, dalam pilpres kali ini berbeda dengan pemilu legislatif yang menyukseskan partai dan caleg. Urusan capres, kata Bejo, adalah urusan kecocokan hati nurani. Bejo merasa, soal pilihan ini, hati nuraninya lebih sreg ke capres Susilo Bambang Yudhoyono yang populer disapa SBY.

Soal pilihan ini, Bejo mengaku berdasar pilihannya sendiri. Tidak ada yang mempengaruhi dan mengajaknya. Murni pilihannya, bukan karena ajakan orang-orangnya SBY. Pengakuan itu, sebenarnya, hanya dia sendiri yang tahu.

Bapak empat putra itu juga mengaku, dia hanya menjadi simpatisan SBY saja. Bukan sebagai Koordinator Tim Kampanye SBY-Kalla di Pasar Kliwon seperti yang diberitakan. Kebetulan saja, dia mendapat tugas untuk membagi-bagikan buku panduan saksi dan uang honor saksi. Tugas itu berasal dari Herlan Purwanto selaku Ketua Forum Masyarakat Pendukung SBY (FMPS) Pasar Kliwon.

Soal kesehariannya, Bejo mengaku sebagai pengemudi becak. Profesinya itu, diakui Bejo sudah dilakoninya selama 20 tahun hingga sekarang. Dia beroperasi diwilayah Pasar Kliwon dan sekitarnya. Sudah ya mas, saya tidak bisa bicara lagi. Takut salah, ujarnya sambil menyodorkan tangan mengajak bersalaman dan mengucapkan minta maaf. Koran inipun tidak menolaknya bersalaman. Bejo lantas beranjak pergi. Kelihatan sekali kalau ada rasa takut di wajahnya. (NANO SUMARNO, Solo)

Sumber: Radar Solo, 13 Juli 2004

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan