Ayin Dipindah ke Lapas Tangerang Bersama Dua Narapidana Lainnya

Sel Lama Dipakai untuk Tahanan Menyusui

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengebut pemindahan Artalyta Suryani dari Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tadi malam Ayin -panggilan Artalyta Suryani- dipindah ke Lapas Tangerang bersama dua narapidana ''spesial'' lain.

Selain Ayin, narapidana kasus suap Departemen Perhubungan (Dephub) Darmawati Dareho dan terpidana seumur hidup kasus narkoba, Aling, ikut dipindah ke Lapas Tangerang. ''Mereka kan narapidana. Bukan tempatnya di sini. Pondok Bambu kan hanya untuk tahanan,'' kata Plt Kepala Rutan Pondok Bambu Catur Budi Fatayatin saat dihubungi Jawa Pos kemarin (14/1).

Ayin, Darmawati, dan Aling dipindah dengan bus Transpas tadi malam sekitar pukul 21.50. Catur mengatakan, pemindahan itu dilakukan malam karena surat keputusan pemindahan baru turun tadi malam. ''Baru saja turun, jadi langsung kami pindahkan,'' kata wanita asli Ngawi itu.

Hal senada diungkapkan Patrialis Akbar. Dia mengatakan, Ayin dan sejumlah narapidana sengaja dipindah tadi malam. ''Tadi Dirjen Lapas sudah lapor ke saya. Dia bilang, kami akan memindahkan beberapa orang. Beberapa rombongan malam ini (tadi malam, Red),'' kata Patrialis seusai rapat kabinet kemarin (14/1). Namun, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu belum tahu berapa banyak tahanan dan narapidana yang dipindah.

Apa alasan pemindahan Ayin? ''Banyak hallah pokoknya. Tidak usah diomongin lagilah, sudah tahu,'' kata Patrialis.

Sebelum dipindahkan dari Rutan Pondok Bambu, Ayin kemarin dibesuk anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra. Tujuh anggota fraksi tersebut ingin memastikan Ayin dan empat tahanan lain dikembalikan ke sel biasa tanpa fasilitas ''wah''. ''Memprihatinkan. Ini menunjukkan kalau mafia di dunia peradilan masih banyak,'' kata Rachel menanggapi merebaknya kasus tersebut.

Setelah berbincang dengan Plt Kepala Rutan Pondok Bambu Catur Budi Fatayatin, rombongan anggota DPR itu melihat kondisi ruang mewah untuk Aling dan Ayin di lantai dua dan tiga gedung administrasi.

Ruang yang sebelumnya penuh sesak dengan properti Ayin dan Aling itu kini dijadikan tempat keterampilan dan tempat ibu menyusui. ''Bekas ruang Ayin akan digunakan untuk tempat ibu menyusui. Tempatnya bagus dan ada AC-nya,'' kata Catur Budi.

Seusai melihat ruang istimewa tersebut, rombongan melihat sel baru untuk Ayin. Sel ini adalah sel pengganti untuk Ayin setelah ruang mewah dan sel miliknya di blok Anggrek dibongkar. Sel baru ini terletak di lantai dua blok Edelweis nomor 17. Di sel berukuran 2 x 3 meter itu, Ayin tetap tinggal dengan tahanan yang sama. Yakni, tahanan kasus narkoba yang divonis dua tahun enam bulan, Asmiyati.

Ayin hanya tinggal berdua di sel itu. Padahal, penghuni rutan lain berdesak-desakan. Ada yang satu sel ditempati 15 orang, 24 orang, hingga 30 orang. Namun, Ayin hanya tinggal berdua. ''Ini tempatnya di pojok. Ukurannya juga lebih kecil daripada sel lain,'' kata salah seorang petugas.

Kendati sel tersebut tak jauh berbeda dengan sel lain, ''aroma'' kemewahan masih tampak. Di ruang sempit itu, dua lemari menempel di dinding. Lemari dari kayu limbah yang berwarna cokelat muda mengkilat itu masing-masing terdiri atas enam dan tiga kabinet. Kipas angin dan blower sudah terpasang. Sayang, saat anggota dewan mengunjungi ruang tersebut, penyuap jaksa Urip Tri Gunawan dengan duit USD 660 ribu itu tak ada di kamar. ''Beliau ada di ruang keamanan rutan,'' kata salah seorang petugas rutan beralasan.

Anggota DPR lantas mendatangi ruang keamanan. Ayin berada ruang tersebut untuk menyembunyikan diri. Dia tak mau bertemu wartawan. Karena itu, dia hanya mau menemui segelintir wakil rakyat. ''Dia merasa jadi bulan-bulanan media. Makanya, dia nggak ingin ditemui,'' kata Edhy Prabowo, salah seorang anggota Komisi VI yang sempat bertemu Ayin.

Di ruang keamanan itu Ayin memang sengaja menghindar. Dia alergi terhadap meledaknya berita tentang ruang mewah tersebut. Kepada anggota DPR, Ayin meluapkan emosinya. Dia sesenggukan menangis sampai terdengar dari luar. ''Dia shock. Tapi, nggak tahu shock beneran atau hanya klaim. Yang jelas, itulah yang dia bilang,'' kata Edhy.

Fraksi Partai Gerindra juga menemukan fakta bahwa para penghuni tahanan sering dipalak. Petugas rutan memalak mereka secara berlapis. Mulai uang keluar blok saat hendak menemui pembesuk, uang rompi (setiap kali menemui pembesuk, mereka harus memakai rompi), uang pangkal untuk kamar, uang kamar bulanan, hingga uang untuk memperlancar Surat Keputusan Bebas Bersyarat (BB), dan Cuti Menjelang Bebas (CMB). (sof/aga/iro)

Sumber: Jawa Pos, 15 Januari 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan