Artalyta Suryani, Tahanan yang Hidup Nyaman di Penjara

Sel Asli untuk Kelabui Petugas Sidak

Meringkuk dalam sel tidak berarti Artalyta Suryani tak bisa menikmati kebebasan dan kenyamanan. Penyuap jaksa Urip Tri Gunawan dengan duit USD 660 ribu itu justru mendapat fasilitas serta akses istimewa di Rutan Pondok Bambu.

AGUNG PUTU, Jakarta

SEJATINYA, wanita yang biasa dipanggil Ayin itu menempati sel berukuran 4 x 3 meter di Blok Anggrek. Blok sel tersebut berhadap-hadapan dengan kantin dan pos penjagaan Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu. Sel itu sama seperti sel lainnya. Pintu masuk sel rangkap dua. Satu pintu biasa di sisi dalam dan satu pintu terali dengan besi menutupinya.

Sel tersebut berkapasitas tiga orang. Namun, di sel itu, terpidana lima tahun tersebut tinggal berdua dengan Asmiyati, tahanan narkoba yang dihukum dua tahun enam bulan.

Sel itu merupakan sel resmi Artalyta. Buktinya, di depan sel, sebuah pigura digantungkan. Di pigura tersebut terdapat tulisan keterangan penghuni sel dan kapasitasnya. Tertulis jelas nama Artalyta di situ lengkap dengan undang-undang yang dilanggar. Yakni, UU No 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Namun, sel itu hanya kedok bagi Ayin. Sebenarnya, sehari-hari Ayin tidak tinggal di sel tersebut. Sel itu hanya ditempati bila ''dibutuhkan''. Yakni, ketika ada pihak-pihak tertentu yang ingin mengecek apakah Ayin ditahan atau tidak. Itu pun sangat jarang.

Setelah penggerebekan oleh Satgas Pemberantasan Mafia Hukum pada Minggu malam (10/1), kemarin Ayin langsung dimasukkan sel itu. ''Kasihan Bu Ayin. Dia juga manusia. Dia nggak mau diganggu sekarang,'' kata Sarju Wibowo, Kepala Rutan Pondok Bambu, saat Jawa Pos hendak mengecek apakah Ayin benar-benar berada dalam sel itu.

Jarak sel Ayin dengan ruangan khusus yang digerebek satgas memang agak jauh. Ruang spesial itu terletak di lantai tiga. Kalau berjalan dari sel dan ruang kelas ''VIP'' itu, setidaknya butuh waktu dua puluh menit. Apalagi untuk Ayin yang sudah 50 tahun. Waktu yang dibutuhkan bisa lebih. Karena itu, saat digerebek, Ayin tertangkap basah. Dia tidak sempat kabur menuju selnya yang sebenarnya.

Namun, fasilitas untuk Ayin tak hanya ruangan spesial itu. Ayin juga mendapat ''privilege'' lain. Misalnya, jam besuk. Di Rutan Pondok Bambu, jam besuk narapidana dan tahanan dibedakan. Untuk narapidana, jam besuk selambatnya pukul 15.00 pada Selasa, Rabu, dan Kamis. Untuk tahanan, jamnya sama pada Senin hingga Jumat. Namun, aturan itu tak berlaku untuk Ayin yang sudah narapidana. Jam berapa pun dan hari apa pun, dia bebas dibesuk.

Salah satu orang rutan menuturkan, Ayin bebas dibesuk kapan saja. Bahkan, pada Minggu pun, beberapa anak Ayin terlihat membesuk. Tamu Ayin terus mengalir. Bahkan, banyak yang datang hingga larut malam. Tamu Ayin selalu menggunakan mobil dan berpakaian rapi. ''Kalau pas banyak, tempat parkir sampai penuh,'' ungkapnya.

Pernyataan itu diperkuat Sumantri, salah seorang penjual rujak ulek di depan rutan. Menurut dia, kalau yang membesuk orang dari perusahaan, beberapa mobil terlihat diparkir. Namun, kalau yang membesuk adalah anak Ayin, mereka biasanya menggunakan Suzuki APV. Setidaknya, ada anggota keluarga Ayin yang rutin membesuk. ''Saya hafal. Sebab, sopirnya sering ngobrol sama saya kalau ke sini,'' ungkap.

Kalau membesuk, keluarga Ayin tidak membawa barang-barang yang umumnya dibawa para pembesuk. Yakni, makanan ringan dan minuman. Mereka yang masuk malah tidak membawa apa-apa. Sebab, Ayin memang hidup serba tercukupi di ruangan istimewa itu. Ruangan tersebut memiliki kulkas khusus soft drink, dapur, serta lemari penuh makanan.

Selain itu, kalau butuh makanan dan minuman, Ayin tinggal mengorder salah seorang pesuruh rutan untuk berbelanja. ''Biasanya, dia suka menyuruh ke Supermarket Giant,'' ujar Sumantri menunjuk swalayan yang hanya berjarak seratus meter dari rutan khusus wanita itu.

Kalau mood Ayin sedang ingin jajan, pesuruh memesan makanan kepada penjual di depan rutan. Ketika makanan sudah jadi, penjual makanan langsung mengantar ke ruangan khusus Ayin di lantai tiga itu. Petugas rutan tak banyak bertanya kalau penjual makanan sudah menyebut nama Ayin. ''Biasanya Bu Ayin pesan bakso. Sukanya bakso urat,'' ungkap Sumantri.

Kendati disuruh mengantar makanan langsung, mereka tak boleh memasuki ruangan di blok A itu. Di antara beberapa penjual makanan yang ditemui Jawa Pos, tidak ada yang boleh memasuki ruangan tersebut. Makanan mereka biasanya diterima pembantu atau orang dekat Ayin.

''Kami hanya mengantar sampai luar. Karena itu, kami kaget juga ketika ada berita bahwa di dalamnya kayak hotel,'' ujar salah seorang penjual makanan.

Salah seorang pesuruh rutan menambahkan, Ayin mempekerjakan tiga pembantu. Mereka memiliki job berbeda-beda. Dua pembantu menjadi babysitter, yang satu pembantu biasa. Ayin memang membutuhkan bantuan para pengasuh bayi itu. Sebab, dia mengadopsi bayi.

Pesuruh rutan yang enggan namanya disebutkan itu tidak tahu bayi siapa yang diadopsi Ayin. Yang dia ketahui, itu adalah bayi mantan narapidana. Tiap pagi dirinya kerap memergoki bayi itu dibawa masuk oleh dua babysitter tersebut. Kalau malam, mereka baru pulang.

Bayi itu sering tak ikut tidur di kamar khusus Ayin tersebut. Mereka lebih sering datang setiap hari. ''Biasanya membawa tas kotak besar. Mungkin isinya alat-alat untuk bayi,'' jelasnya.

Namun, saat ditemui di rutan kemarin pagi, Ayin tak mengeluarkan sepatah kata pun. Wanita yang saat itu mengenakan kemeja putih garis-garis tersebut hanya menangis ketika dikonfirmasi soal ruangan khusus itu. Selain Ayin, Lien Marita alias Aling (kasus narkoba), Darmawati Dareho (kasus korupsi), dan Ines Wulandari (kasus korupsi) terlihat berkumpul.

Darmawati yang terlihat lebih tegar justru membela Ayin. Dia meminta agar para wartawan berhenti memberitakan mereka. ''Jangan dibesar-besarkan. Kami di sini terzalimi. Siapa pun tidak ada yang ingin masuk penjara. Kami di sini seperti burung yang patah sayapnya,'' kata penyuap Abdul Hadi Djamal, anggota DPR, untuk memuluskan proyeknya tersebut.

Penampilan Darmawati kemarin sangat menarik. Lengkap dengan lipstik dan rambut yang terawat. Dia mengenakan kemeja paduan garis-garis merah marun dan kuning. Celana jins Darmawati pun gaul. Yakni, celana pensil, celana jins yang di ujungnya dibuat mengecil. Model baru yang sedang ngetren di kalangan remaja.

Setelah sembap menangis saat pagi, sorenya Jawa Pos mengunjungi Darmawati lagi. Ketika ditemui, dia sedang duduk di sebuah ruangan rutan bersama seorang tahanan. Saat ditemui, Darmawati sempat tersenyum kepada Jawa Pos. ''Ini apa lagi? Mau bilang kalau Darmawati sekarang sedang santai dan senyum-senyum. Nanti saya terkenal lagi,'' ujarnya. (*/iro)

Sumber: Jawa Pos, 12 Januari 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan