Artalyta Petinggi Perusahaan Sjamsul
Dia sempat aktif di kancah politik nasional.
Sinyalemen bahwa Artalyta Suryani dekat dengan keluarga Sjamsul Nursalim satu per satu mulai tampak buktinya. Sebuah dokumen laporan perusahaan kepada Bursa Efek Jakarta mencatat bahwa tersangka kasus penyuapan terhadap jaksa Urip Tri Gunawan ini bahkan punya hubungan bisnis dengan mantan pemilik Bank Dagang Nasional Indonesia itu.
Dalam laporan tersebut tertulis bahwa perempuan yang akrab dipanggil Ayin ini adalah wakil komisaris utama di PT Indonesia Prima Property. Hingga Juli tahun lalu, keluarga Sjamsul, lewat PT Gajah Tunggal Mulia, masih memiliki 18,46 persen saham di perusahaan itu. Adapun 71,63 persen saham lainnya dipegang oleh First Pacific Capital Group Limited, yang berkantor pusat di Hong Kong.
Kedekatan itu sebelumnya diakui pula oleh Ake Arif, keponakan Sjamsul. Suaminya ketika masih hidup dikenal dekat dengan Sjamsul, katanya. Ake juga mengatakan Ayin kerap menginap di rumah Sjamsul di Simprug setiap kali ke Jakarta. Di rumah itulah ia ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi pada Ahad petang lalu bersama jaksa Urip.
Belakangan, komposisi pemegang saham di Indonesia Prima berubah, karena First Pacific Capital Group mengendalikan 90 persen kepemilikan. Meski demikian, di jajaran manajemen perusahaan, para kerabat dekat Sjamsul masih menduduki posisi teras.
Husni Ali, salah satu keponakan Itjih Nursalim, istri Sjamsul, masih memimpin PT Indonesia Prima, perusahaan real estate yang berkantor pusat di Wisma Sudirman lantai 11, Jakarta. Bersama Husni, duduk pula M. Eddy Gozali di jajaran direksi. Di posisi komisaris ada Boediman Gozali. Baik Eddy maupun Boediman adalah keponakan Sjamsul.
Hingga kemarin, penyidik KPK masih memeriksa Artalyta. Namun, sejauh ini belum ada keterangan mengenai materi pemeriksaan tersebut. Otto Cornelis Kaligis, yang menjadi kuasa hukum Ayin, pun tak bersedia memberi komentar. Saya diberi kuasa untuk berbicara di depan persidangan, ujarnya mengelak. Silakan tulis apa pun, asal tidak dari saya.
Selain soal kedekatannya dengan konglomerat papan atas itu, Ayin rupanya cukup dikenal di kancah politik nasional. Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa Effendy Choirie membenarkan Artalyta pernah menjabat bendahara di partainya. Dia memang bendahara, tapi sudah mundur, katanya di gedung DPR kemarin.
Ketua Tim Reshuffle Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Arifin Junaedi juga mengakui sejak setahun lalu Artalyta didaftarkan sebagai bendahara umum dalam susunan pengurus PKB ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ia mengatakan Ayin dipilih berdasarkan masukan dari daerah.
Tim kemudian merekomendasikan Ayin menggantikan Erman Suparno, yang diangkat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam rapat gabungan seluruh pengurus, rekomendasi itu diterima. Tapi belakangan ia (Artalyta) menolak secara lisan dan tidak pernah aktif. Otomatis berhenti, ujarnya.
Effendy memastikan partainya tak akan memberi bantuan hukum dan perlindungan politik kepada Ayin dalam kasus ini. Jadi jangan dihubung-hubungkan dengan PKB, katanya. TOMI | HERI | PURWANTO | DWI RIYANTO
Sumber: Koran Tempo, 5 Maret 2008