Aparat Kepolisian Hanya Bisa Mengawasi; Isu Pemberantasan KKN Tak Lagi Laku
Hasil survei yang dilakukan Yayasan Peduli Ekonomi dan Lingkungan Hidup (Pelindo) dengan mengunakan metode quick count sempat menghenyakkan beberapa kalangan. Apalagi berdasarkan hasil survei dengan mengambil sampel terhadap ribuan pemilih yang menyebar di TPS-TPS yang dibentuk saat pilpres lalu ternyata bacabup Drs Samsul Hadi Siswoyo Msi mampu mendapat dukungan paling tinggi dan unggul di 27 kecamatan di Jember dari 31 kecamatan yang ada.
Sekalipun hasil tersebut bisa jadi akan berubah seiring perkembangan politik, namun ada beberapa hal penting dari hasil survei yang patut dicermati. Salah satunya mengenai faktor-faktor penentu dalam pengambilan keputusan pemilih terhadap pilihan bacabup mendatang.
Menurut Agus Lutfie, juru bicara Pelindo, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilih dalam menentukan pilihan cabup Jember periode 2005-2010 lebih didominasi oleh faktor kepribadian. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada bulan Oktober 2004 lalu, jumlah responden yang mengatakan karena faktor kepribadian sebesar 39,5 persen, faktor kemampuan 28,36 persen dan faktor popularitas sekitar 16,01 persen. Alasan lain seperti faktor penampilan fisik, janji-janji, kesamaan ormas, partai maupun suku bahkan platform kerja tidak mendapat porsi yang memadai di hati pemilih dalam menentukan pilihan bupati.
Menurut Lutfie, yang dimaksud faktor kepribadian adalah faktor yang melekat pada seorang calon dan bersifat non fisik yang dianggap sebagai karakteristik calon, seperti sabar, jujur, tegas, akomodatif, dan komunikatif, mengayomi, dan bermoral. Sementara, faktor kemampuan lebih dilihat dari kemampuan seorang cabup dalam pekerjaannya. Hal ini sering diukur dari tingkat pendidikan, ketrampilan, dan pengalaman yang dimiliki. Sedangkan, faktor popularitas adalah faktor yang berkaitan erat apakah cabup bersangkutan dikenal atau tidak secara luas oleh masyarakat.
Yang mengejutkan lagi, ternyata program-program dan janji-janji pemberantasan korupsi tidak lagi menjadi isu yang menarik bagi masyarakat. Justru, program peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih diperhatikan. Hasil survei menunjukkan, sebanyak 37,86 responden menyatakan akan lebih respek terhadap cabup yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kemudian disusul dengan harapan rasa aman dan kepedulian terhadap pendidikan berturut-turut mendapat persentase sebanyak 23,77 persen dan 18,06 persen. Sementara, masyarakat agak acuh tehadap penegakkan hukum, pemberantasan KKN maupun kepedulian terhadap kesehatan dan seni budaya.
Lantas elemen mana saja yang berpengaruh dalam penentuan pilihan? Lutfie menjelaskan berdasarkan survei yang mempunyai tingkat akurasi tinggi dengan tingkat kesalahan sebesar 2,5 persen ini, diketahui key person yang berpengaruh sekali dalam menentukan pilihan cabup paling besar berasal dari keluarga dekat dengan persentase sebesar 40,42 persen. Kemudian disusul dari tokoh masyarakat sebanyak 32,08 persen. Sementara teman dekat dan ulama menduduki urutan berikutnya dengan persentase sebesar 13,33 persen dan 11,88 persen. Sementara, pengaruh birokrat dan pertimbangan paranormal ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan bagi pemilih dalam menentukan pilihan bupati.
Yang cukup menggelitik lagi dari hasil survei ini yakni mengenai kesamaan pilihan masyarakat dengan partai dan ormas. Dari survei ditemukan bahwa banyak pemilih yang lebih independen terhadap partai dan ormasnya. Namun ini perlu diuji lagi karena saat survei dilakukan partai dan ormas belum menentukan sikap terhadap cabup pilihannya, paparnya. Ternyata, sebanyak 43,31 persen respon pemilih menyatakan, pilihannya tidak sama dengan pilihan partainya. Hanya 21,83 persen saja yang menyatakan pilihan akan cabup sama dengan pilihan partainya, selebihnya sebanyak 34,86 menyatakan belum tahu.
Seirama dengan partai, pilihan responden akan cabup juga belum tentu sesuai dengan anjuran oramasnya. Hal ini mengindikasikan, sampai saat survei ini dilakukan, masyarakat belum menangkap kejelasan sikap ormas terhadap pilihan bupati. Hanya 18,63 persen yang memiliki pilihan sama dengan ormasnya. (wnp/adv)
Sumber: Radar Jember, 6 Maret 2005