Anggaran KPUD Mulai Disoal

GRESIK - Anggaran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) untuk sosialisasi melalui media Rp 240 juta mulai disoal Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Pedesaan (LPPMD). Ada tengara, penggunaan anggaran itu tidak sesuai dengan peruntukannya.

Selain dana sosialisasi melalui media, LPPMD juga menyoroti dana sosialisasi terhadap pemilih pemula, perempuan, penyandang cacat, dan rawat inap di RS (rumah sakit). Untuk empat item tersebut, KPUD telah menghabiskan dana Rp 207 juta.

Dalam penggunaan anggaran ini, terdapat titik lemah sehingga rawan manipulasi, kata Ketua LPPMD Moh. Sholeh. Sayangnya, Sholeh yang masih dalam proses hukum karena tersandung masalah pencemaran nama baik Ketua DPRD Gresik Bambang Suhartono itu enggan menjelaskan lebih rinci titik lemah yang dimaksud.

Selanjutnya, Sholeh memeloti anggaran pembelian alat-alat pendukung sosialisasi yang dilakukan KPUD Gresik, seperti TV, tape recorder, wireless, kursi lipat, handycam dan ATK, fotokopi, serta meterai. Untuk alat pendukung itu, KPUD mengeluarkan dana Rp 35 juta.

Simak saja, anggaran sebuah TV 21 inci Rp 5,5 juta. Sebuah tape recorder Rp 2,5 juta. Lalu, wireless Rp 10,6 juta, kursi lipat (tidak disebutkan jumlahnya) mencapai Rp 6 juta. Serta, sebuah handycam Rp 7,5 juta. Untuk keperluan tetek-bengek pemilu tersebut, alokasi dana APBD Gresik sekitar Rp 5,6 miliar ludes.

Karena itu, untuk pemilu presiden dan wapres pada 5 Juli, KPUD meminta suntikan dana lagi kepada Pemkab Gresik. Jumlahnya masih belum diketahui. Sebab, para anggota KPUD masih melakukan perhitungan anggaran yang dibutuhkan. Panwaslu harus memantau penggunaan dana tersebut. Apalagi, dana itu berasal dari APBD Gresik, katanya.

Sementara itu, Humas KPUD Gresik Nur Faqih ketika dikonfirmasi wartawan mengatakan, semua dana yang dikeluarkan KPUD bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya. Faqih lalu menunjuk anggaran untuk sosialisasi media yang mencapai Rp 240 juta itu telah digunakan untuk membeli bendera parpol Rp 60 juta. Pembuatan baliho Rp 25 juta, pembuatan leaflet sebesar Rp 21 juta.

Yang paling besar digunakan untuk operasional tabloid Jurdil mencapai Rp 80 juta, terangnya. (yad)

Sumber: Radar Gresik, 27 Mei 2004

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan