Anak Muda ICW

Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia.

 
Kalimat diatas adalah sedikit kutipan pidato dari Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang begitu bersejarah dan menggetarkan kita semua. Soekarno sadar betul tentang peran orang muda sebagai pendobrak dan pembuat sejarah. Ditangan anak muda sebuah perubahan bisa terjadi.
 
Begitu juga dengan anak-anak muda yang ada di Indonesia Corruption Watch (ICW), tempat dimana saya bekerja. Kami menyebut anak-anak muda ICW dengan label ICW U-19. Disebut U-19 karena merujuk pada semangat dan kegigihan dari pemain Tim Nasional Sepak Bola usia 19 tahun yang begitu fenomenal dan sangat mengesankan dalam laga Piala AFF Cup beberapa tahun lalu. Seluruh pemain menunjukkan sikap tidak mudah menyerah, penuh gairah, dan bersemangat.
 
Meski disebut U-19 sesungguhnya usia anak muda ICW masih dibawah 30 tahun dengan masa kerja 1 hingga 5 tahun. Anak muda di ICW adalah mayoritas di antara seluruh pekerja di lembaga yang berjumlah 32 orang ini. Mereka berasal dari berbagai etnis, agama, dan latar belakang kampus yang berbeda-beda. Di balik sejumlah perbedaan, ada kesamaan yang mereka miliki yaitu independensi, semangat dan militansi yang kuat, kemampuan intelektual yang baik, integritas yang tidak diragukan, dan punya harapan yang sama agar Indonesia bersih dari korupsi. Mereka adalah anak muda yang bergairah dan sekaligus berbahaya. Bergairah memperjuangan Indonesia yang bersih dari korupsi dan berbahaya bagi koruptor atau mereka yang bersahabat dengan para koruptor.
 
Keberadaan anak muda ini memberikan warna bagi kerja-kerja ICW dan arah pergerakan antikorupsi. Inovasi, ide, dan kreativitas yang muncul dari para anak muda ini membuat pendekatan antikorupsi yang dilakukan lebih progresif. Misalnya saja penggunaan media sosial dan aplikasi berbasis internet untuk melawan korupsi. Sesuatu yang barangkali tidak pernah terpikirkan oleh para seniornya.
 
Totalitas dan kegigihan mereka ketika bekerja dan memperjuangkan gerakan antikorupsi sudah cukup teruji. Ingatkah kamu terhadap upaya pelemahan KPK? Cicak versus Buaya jilid I, 2 dan 3? Mereka – anak muda ICW – adalah sekumpulan orang yang paling gigih dalam melakukan perlawanan terhadap pelemahan KPK. Mereka adalah aktor-aktor dibalik gerakan “SAVE KPK”. Berdiri terdepan dalam aksi, membangun koalisi dan jejaring dengan banyak pihak, menarik dukungan publik melalui media sosial dan kerja-kerja bersama dalam penyelamatan KPK. Mereka adalah lawan yang tangguh bagi siapa saja yang ingin melemahkan KPK dan agenda pemberantasan korupsi.
 
Bekerja mengusik ketenangan korupsi tentu saja beresiko. Ancaman kriminalisasi, somasi, teror melalui media sosial dan bahkan “kiriman tanpa pengirim” pernah dialamatkan kepada anak muda yang bekerja di ICW. Berpeluh keringat, basah kuyup, begadang, tepar karena sakit adalah sesuatu yang biasa dialami orang muda di ICW. Namun semua itu tidak mengendorkan semangat mereka yang masih muda-muda di ICW.
 
Jangan pernah menilai anak muda ICW dari ukuran tubuhnya. Tapi nilailah dari isi kepala, semangat, dan tenaga mereka yang tidak pernah habis. Masing-masing dari mereka juga memiliki keahlian atau kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh semua orang. Sebut saja Lalola, Arad, dan Kurnia yang piawai pada isu hukum dan peradilan. Almas sangat paham tentang isu korupsi politik. Tari dan Mouna punya kelebihan di bidang riset dan advokasi. Sigit Wijaya adalah jagoan desain dan pembuat film documenter yang handal. Egi adalah jurnalistik andalan ICW sebelum kemudian menekuni riset. Asri punya kemampuan dalam membuat aplikasi. Wana punya kemampuan cukup baik di bidang investigasi. Biko, Apta, Liska, dan Nisa untuk kegiatan berjejaring dan kampanye. Tama S Langkun punya kemampuan analisis dan lobby yang sangat baik. Kemampuan para anak muda yang disebut tadi mungkin hanya yang tampak terlihat saja. Kami percaya kemampuan mereka lebih banyak dari yang berhasil disebut dan terlihat.
 
Sejarah melawan korupsi tidak pernah dilepaskan dari peran anak muda. Komisi Antikorupsi di Ukraina dipimpin oleh Anna Kalunchuck, seorang pengacara perempuan berusia 23 tahun. Marisol Valles Garcia, masih berusia 20 tahun ketika ditugaskan menjadi Kepala Polisi di Provinsi Chihuahua Meksiko untuk memerangi gembong dan kartel obat bius serta membereskan lingkungan kepolisian setempat yang dinilai korup. Keberhasilan KPK memberantas korupsi selama lebih dari 12 tahun terakhir adalah karena kontribusi orang-orang muda penuh semangat dilembaga anti rasuah ini. Awal ICW berdiri pada tahun 1998 lalu juga dimotori oleh orang-orang muda yang sebelumnya gigih menggulingkan rezim Soeharto.
 
Anak muda ICW adalah darah segar bagi lembaga kami. Keberadaan mereka membuat kami tidak gusar dan tetap punya harapan untuk terus melanjutkan perjuangan melawan korupsi. Disadari atau tidak, anak muda ICW tidak saja menjadi harapan bagi segelintir orang tapi seluruh rakyat Indonesia yang ingin negerinya bebas dari korupsi.
 
 
 
Depok, 15 Februari 2017
 
 
Emerson Yuntho – yang pernah jadi anak muda di ICW


*Melawan Korupsi Melalui Tulisan*
Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Tanggal 8 sampai 9 Februari 2017 sepuluh (10) orang anggota Indonesia Corruption Watch (ICW) dan dua (2) orang Truth Banten mengikuti pelatihan menulis kreatif bersama Bang P Hasudungan Sirait. Dalam pelatihan ini banyak hal yang kami dapatkan. Bagaimana cara menulis dengan cepat, memaksimalkan otak kanan dan menggali sumur ingatan yang ada di kepala kita. Maka, salah satu tindak lanjut dari pelatihan menulis ini, kami membuat tulisan pendek seputar gerakan antikorupsi. Ada dua belas (12) tema yang diambil dan setiap orang akan mendapatkan satu (1) tema. Setiap tulisan akan posting di page ICW setiap minggunya. Semoga tulisan yang kami sajikan akan memberikan manfaat dan sedikit gambaran tentang gerakan antikorupsi. Salam antikorupsi!

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan