Aktivitas Para Mantan Pejabat Negara di Balik Sel Lapas Cipinang
Sarjan Tetap Pimpin Organisasi, Bulyan Kapok Jadi Anggota DPR
Orang-orang ini pernah jaya. Ada yang menjadi anggota DPR, gubernur BI, dan jaksa. Kini mereka mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur, karena kasus korupsi. Bagaimana aktivitas mereka selama di tahanan? Berikut laporan Indo Pos (Jawa Pos Group) yang baru menjenguk salah seorang di antara penghuni lapas itu.
AGUS SRIMUDIN, Jakarta
"Hai... apa kabar...? Ayo duduk, ayo silakan!" teriakan keras itu meluncur dari mulut Sarjan Tahir ketika menyambut kedatangan Indo Pos di Aula Serbaguna, Lapas Cipinang, akhir pekan lalu.
Mantan anggota Komisi IV DPR itu memang sedang menjalani hukuman di Lapas Cipinang. Dia tersandung kasus gratifikasi alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang untuk pembangunan pelabuhan internasional Tanjung Api-Api (TAA) di Banyuasin, Sumatera Selatan.
Oleh Gusrizal, ketua majelis hakim di Pengadilan Tipikor pada 28 Januari lalu, Sarjan dinyatakan bersalah dan divonis 4,5 tahun penjara plus denda Rp 200 juta.
Ketika dibesuk siang itu, wajah Sarjan cerah. Pria yang lahir di Makassar 9 Januari 1965 tersebut mengenakan batik bercorak cokelat kehitaman. Bapak dua putri -masing-masing berumur 6 tahun dan 3 tahun- itu terlihat santai. Gaya bicaranya kental dengan logat Palembang.
Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Sarjan menyela, "Itu ada Hetty Koes Endang." Anggota DPR yang mewakili daerah pemilihan Sumsel tersebut mengarahkan telunjuk kanannya ke Hetty yang berjilbab. Ketika itu, Hetty sedang berjalan memasuki ruang Aula Serbaguna. Hetty memang sering datang ke lapas tersebut untuk menjenguk suaminya, Yusuf Erwin Faisal. Mantan ketua komisi IV itu mendekam di tahanan karena tersangkut kasus yang sama dengan yang dialami Sarjan.
Hari itu Yusuf sedang dibesuk istrinya. Mereka bertemu di Aula Serbaguna. Ruang tersebut merupakan tempat berkumpulnya para napi dan keluarganya pada jam besuk. Tempat tersebut bisa menampung sekitar 20 kelompok. Untuk setiap kelompok, disediakan satu atau dua meja dan beberapa kursi.
Indo Pos hanya menyaksikan dari jarak beberapa meter pertemuan Yusuf dengan istrinya itu. Dari tempat duduk bersama Sarjan, Indo Pos juga melihat Urip Tri Gunawan yang sedang berbincang dengan beberapa tamunya yang terdiri atas pria dan wanita. Urip adalah jaksa yang menjadi napi karena kasus korupsi. Dia ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) karena menerima uang suap sekitar Rp 6,1 miliar yang diduga terkait dengan kasus BLBI.
Bersebelahan dengan Urip, ada mantan Gubernur BI Syahril Sabirin. Ketika itu, beberapa ibu berjilbab dan pria menyalami, bahkan ada yang memeluk Syahril. Dia menjadi penghuni Lapas Cipinang sejak 16 Juni lalu karena tersangkut kasus pencairan hak tagih Bank Bali. Dia divonis dua tahun penjara.
Indo Pos juga melihat Bulyan Royan yang sedang berbincang dengan beberapa wanita dan pria. Mantan anggota Komisi V DPR itu dijatuhi vonis enam tahun penjara dan denda Rp 350 juta, plus uang pengganti Rp 2 miliar, karena kasus suap proyek pengadaan kapal patroli di Departemen Perhubungan (Dephub).
Persis di dekat kursi Sarjan, ada Ramli Lubis, mantan wakil wali kota Medan yang terseret kasus korupsi damkar (pemadam kebakaran). Ramli diharuskan mengganti kerugian negara Rp 1 miliar sehubungan dengan kasus pengadaan mobil damkar dan Rp 5,19 miliar terkait dengan kasus penyelewengan dana APBD.
"Meski berada di sini, saya tetap bisa beraktivitas," kata Sarjan, mengagetkan Indo Pos yang sedang memandangi satu per satu orang-orang yang terlibat korupsi tersebut ketika menerima keluarganya. Salah satu aktivitas yang dilakoni Sarjan adalah menjadi direktur utama di organisasi Pandu Tani Indonesia (Patani). "Organisasi ini kami deklarasikan waktu saya masih di Rutan Polres Jakarta Utara, persis di hari 17 Agustus 2008," tutur Sarjan bersemangat.
Organisasi yang digeluti Sarjan bukan hanya Patani. Dia juga berkiprah di Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri (MAI). "Saya ini selalu bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, untuk kaum petani, orang desa, dan itulah di antaranya yang selalu saya perjuangkan. Termasuk sekarang, kami akan mengadakan seminar dan ekspo. Doakan saja." paparnya.
Bagi Sarjan, mendekam di lapas tidak berarti aktivitas sosialnya berhenti. "Itu prinsip saya. Bahkan, saya tidak pernah menghitung sudah berapa lama saya di dalam sini. Saya ingin memberikan kejutan saat keluar nanti," katanya dengan intonasi kalimat yang meledak-ledak.
Kejutan seperti apa? "Nantilah, pasti ada kejutan dari saya. Itu setelah saya keluar dari sini (Cipinang)," bebernya.
Sarjan lantas melanjutkan ceritanya. Menurut Sarjan, selama menghuni lapas, dirinya sering ngobrol dengan teman-temannya yang senasib. Antara lain, Billy Sindoro (terpidana kasus dugaan suap di Komisi Pengawas Persaingan Usaha) dan Irawady Joenoes (mantan anggota Komisi Yudisial yang tersangkut kasus suap). "Pak Billy teman sekamar saya. Kalau Pak Irawady, teman satu blok," ujarnya.
Sarjan lebih memilih menikmati hidup di balik terali besi. "Kalau dirasakan akan terasa lama. Tapi kalau terus beraktivitas, sepertinya tidak merasa di dalam sini," katanya. Apalagi, tambah dia, waktu setiap pagi atau sore dia manfaatkan untuk bermain badminton dan tenis meja.
Di Lapas Cipinang, sel Sarjan berada di lantai 2. Dalam satu kamar, ada 2-4 orang. Dalam satu blok, ada sekitar 47 napi. Untuk napi kasus umum dan narkoba, bloknya dibedakan. Namun, untuk urusan salat di masjid dan olahraga, tempatnya sama.
"Saya baru tahu ada hikmah yang besar setelah di sini. Saya jadi rajin baca buku dan rajin salat berjamaah. Saya juga merasakan akrabnya suasana keluarga," jelasnya.
Setelah keluar, masih ingin jadi anggota DPR? "Saya belum berpikir untuk itu. Tapi, saya tidak akan berhenti berbuat untuk rakyat banyak," ujarnya.
Bagaimana keluarga? "Saya bersyukur karena istri saya sangat memberikan support dan dia tahu bahwa saya tidak bersalah. Soal anak-anak, saya diuntungkan karena mereka masih kecil-kecil. Mereka rutin ke sini. Tapi, kalau mereka tanya, kami jawab ayah lagi kerja."
Berbeda dengan Sarjan, Bulyan Royan malah menyatakan kapok menjadi wakil rakyat. Bila sudah keluar dari Lapas Cipinang, pria berkepala plontos itu akan konsentrasi mengurus Pesantren Ar-Royan di Pekanbaru, Riau. "Saya akan kembali ke pesantren saya. Itu kan basic saya. Came to basic, kata orang, he... he... he..," imbuhnya. (jpnn/kum)
Sumber: Jawa Pos, 3 Juli 2009