17 BUMN Alami Kerugian Rp 700 Miliar

Sampai akhir tahun 2010, sebanyak 17 perusahaan badan usaha milik negara mengalami kerugian Rp 700 miliar. PT Askrindo mengalami kerugian paling besar, yakni Rp 224,5 miliar.

Dalam jumpa pers akhir tahun, Jumat (31/12), Menteri BUMN Mustafa Abubakar menyampaikan, ”Di tengah prestasi kinerja BUMN yang menggembirakan, harus diakui masih ada BUMN yang merugi.”

Dibandingkan dengan tahun 2009, jumlah BUMN yang rugi dan jumlah kerugiannya berkurang. Tahun 2009, sebanyak 24 BUMN mengalami kerugian dengan nilai Rp 1,69 triliun.

Tahun 2008, tercatat 23 BUMN merugi dengan nilai kerugian Rp 13,95 triliun. Mustafa memaparkan, secara umum kinerja BUMN tahun 2010 meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun 2009.

Dalam data Kementerian BUMN sampai kuartal III-2010 disebutkan, nilai laba sebesar Rp 84,78 triliun. Sementara berdasarkan data yang telah diaudit, laba tahun 2009 sebesar Rp 86,9 triliun dan tahun 2008 sebesar Rp 64,49 triliun.

”Kalau dari data itu, seakan-akan rugi. Padahal, data tahun 2010 belum dihitung hingga akhir. Masih ada 17 BUMN terbuka, termasuk bank, yang data kuartal IV tahun 2010 belum masuk,” katanya.

Mustafa memperkirakan, jika seluruh data perusahaan di bawah Kementerian BUMN sudah masuk hingga kuartal IV-2010, laba 17 BUMN sekitar 93 triliun.

Tahun 2010, laba bersih BUMN Tbk dengan jumlah terbesar adalah PT Telkom Tbk, dengan nilai Rp 2,9 triliun.

Disusul PT Bank Mandiri Rp 2,4 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Rp 2,3 triliun, PT Perusahaan Gas Negara Rp 1,5 triliun, dan PT Bank BNI Rp 1 triliun.

Adapun perolehan pendapatan usaha tahun 2010 diperkirakan Rp 1.037 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2009, yakni Rp 987,3 triliun.

Pendapatan usaha terbesar BUMN Tbk diperoleh PT Telkom Tbk dengan nilai Rp 17,9 triliun. Kemudian berturut-turut PT Bank Mandiri Rp 11,8 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Rp 11,2 triliun, PT Perusahaan Gas Negara Rp 5,1 triliun, dan PT Bank BNI sebesar Rp 4,9 triliun.

Total aset BUMN tahun 2010 diperkirakan Rp 2.382 triliun. Jumlah itu meningkat dibandingkan aset BUMN tahun 2009 yang mencapai Rp 2.257 triliun.

Kontribusi BUMN yang langsung ke kas negara dalam bentuk dividen sebesar Rp 29,9 triliun dan dalam bentuk pajak sebesar Rp 100,7 triliun. Kontribusi melalui privatisasi BUMN sebesar Rp 2,1 triliun.

Per 29 Desember 2010, nilai kapitalisasi pasar indeks harga saham gabungan Rp 3.100 triliun. Dari jumlah tersebut, BUMN Tbk menguasai Rp 819 triliun atau sekitar 26 persen.

Menurut Mustafa, tahun ini ada lima BUMN dalam proses privatisasi, yakni PT Garuda Indonesia, kelompok PT Sarana Karya, PT Primissima, PT Kertas Padalarang, PT Atmindo, PT Kertas Basuki Rachmat, dan PT JIHD Tbk. (idr)

Sumber: Kompas, 3 Januari 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan